Struktur
kepribadian
menurut Freud tersusun dari 3 sistem, yaitu id, ego, dan superego.
Id
adalah sistem kepribadian yang asli. Id berisikan segala sesuatu yang secara
psikologis diwariskan dan sudah ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Ciri
kerja Id disebut dengan “prinsip kesenangan”, ( pleasure principle). Id memiliki
2 proses, yaitu tindakan refleks dan proses primer.
Ego
adalah sesuatu yang muncul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan
transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif. Ego disebut
juga prinsip kenyataan dan eksekutif kepribadian.
Superego
adalah perwujudan internal dari nilai-nilai, norma, moral yang mencerminkan
yang ideal dan bukan ideal.
Freud juga mengembangkan suatu bentuk terapi
psikoanalisis. Ia menggunakan psikoanalisis untuk membantu klien memperoleh
pemahaman mengenai konflik-konflik tak sadar dan memecahkannya.
Freud mengemukakan tujuan psikoanalisis adalah memperkuat
ego, membuatnya lebih independen dari superego, memperlebar medan persepsinya,
memperluas organisasinya sehingga ia dapat memiliki bagian-bagian yang segar
dari id.
Metode yang digunakn dalam
terapi psikoanalisis/psikoanalisa
1.
Hipnotis
Awal
kemunculan hipnotis diperkirakan sekitar tahun 1700-an, ketika itu, seorang
dokter Wina bernama Franz Anton Mesmer memperlihatkan suatu teknik animal
magnetism, tapi kemudian berubah menjadi hipnotisme karena penekanan dari
teknik tersebut dialihkan untuk menimbulkan suatu keadaan kesadaran yang
berubah melalui sugesti verbal. Pada abad ke-19, Jean-Martin Charcot, seorang
dokter Prancis yang hidup sekitar tahun 1825-1893 itu melihat hipnotis sebagai
cara untuk membantu orang-orang supaya menjadi santai. Pada tahun yang tidak
diketahui, di Paris, Charcot melakukan eksperimen dengan menggunakan hipnotis
untuk menangani hysteria, yaitu suatu kondisi di mana seseorang mengalami
kelumpuhan atau mati rasa yang tidak dapat dijelaskan oleh pelbagai macam
penyebab fisik.
2.
Asosiasi Bebas
Free
Association, buku karangan Bollas (2002) yang kemudian dialihbahasakan ke
dalam bahasa Indonesia oleh Winarno (2003) menjadi ‘Asosiasi Bebas’ merupakan
acuan utama dalam menjabarkan hal ihwal asosiasi bebasnya Freud. Dalam
buku setebal seratus halaman tersebut, asosiasi bebas secara sederhana
didefinisikan sebagai bicara bebas, yaitu sesuatu yang tidak lebih dari
berbicara tentang apa yang terlintas dalam pikiran, beralih dari satu topik
menuju topik lain dalam suatu urutan yang bergerak bebas serta tidak mengikuti
agenda tertentu.
3.
Analisis Mimpi
Mimpi,
dipercaya Freud sebagai “jalan yang sangat baik menuju ketaksadaran”. Hal
tersebut didasari kepercayaan Freud bahwa mimpi itu perwujudan dari materi atau
isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar. Dalam hal
ini, mimpi mengandung muatan manifes atau manifest content dan content
latent atau muatan laten. Yang disebut pertama merupakan materi
mimpi yang dialami dan dilaporkan. Sedangkan yang disebut kemudian, ialah
materi bawah sadar yang disimbolisasikan atau diwakili oleh mimpi.
4.
Transferensi
Dalam
psikoanalitik Freud, transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang
terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis.
Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk
menyelidiki ketaksadaran pasien karena alat ini mendorong pasien untuk
menghidupkan kembali pelbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal
kehidupannya.
5.
Penafsiran
Penafsiran
itu sendiri adalah penjelasan dari psikoanalis tentang makna dari
asosiasi-asosiasi, berbagai mimpi, dan transferensi dari pasien. Sederhananya,
yaitu setiap pernyataan dari terapis yang menafsirkan masalah pasien dalam
suatu cara yang baru. Penafsiran oleh analis harus memperhatikan waktu. Dia
harus dapat memilah atau memprediksi kapan waktu yang baik dan tepat untuk
membicarakan penafsirannya kepada pasien.
Contoh masalah yang bisa
menggunakan terapi psikoanlitis misalnya pada seseorang yang mengalami gangguan
phobia.
Ada seorang laki-laki yang
mengalami gangguan phobia terhadap pisau berarti mungkin ia telah menekan
impuls-impuls pelampiasan kemarahan untuk membunuh ayahnya. Jadi klien belajar
menyortir perasaannya serta menemukan cara yang lebih konstruktif dan dapat
diterima oleh masyarakat untuk memuaskan dorongan-dorongan id, kemudian ego
mulai bebas untuk memusatkan perhatian pada hal yang lebih komstruktif.
Beberapa keterbatasan dari
terapi psikoanalitis adalah sebagai berikut,
- - Tidak semua ingatan lama dapat atau harus dibawa ke dalam kesadaran
- - Perawatan psikoanalitik hanya efektif untuk bermacam-macam neurosis transferensi seperti phobia, histeria, dan obsesi tetapi tidak demikian halnya dengan psikosis atau penyakit konstitusional
- - Walaupun tidak hanya berlaku untuk psikoanalisis, pasien yang sudah sembuh mungkin kemudian mengembangkan neurosis lain.
Keefektifan dalam terapi
ini bila
perawatan psikonalitis berhasil maka pasien tidak lagi menderita
simptom-simptom yang melumpuhkan. Ia menggunakan energi psikis untuk menjalankan
fungsi-fungsi ego, dan ia memiliki ego yang luas di mana berisi
pengalaman-pengalaman yang sebelumnya direpresikan, ia tidak mengalami
perubahan kepribadian yang penting. Dan ia benar-benar menjadi apa yang
diinginkannya dalam kondisi yang menyenangkan.
Sumber
Semiun ,Yustinus. 2006. Teori kepribadian dan terapi
psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius
Hall,
calvin dan Gardner Lindzey. 1993. Psikologi kepribadian 1, teori-teori
psikodinamik ( klinis ). Yogyakarta : Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar