Senin, 29 April 2013

Behavioral Therapy



Pengertian terapi behaviour
Salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu menanggapi situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Aktifitas inilah yang disebut sebagai belajar.
Tokoh tokoh dalam terapi ini
Tokoh-tokoh terapi behavioral ini adalah BF Skinner dan Albert Bandura. BF Skinner merupakan seorang juru bicara terkemuka untuk behaviorisme dan dapat dianggap sebagai bapak dari pendekatan behavior. Skinner tidak mempercayai manusia memiliki pilihan bebas. Menurutnya, tindakan tidak dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan. Ia menekankan pandangannya pada sebab akibat antara tujuan, kondisi lingkungan, dan perilaku yang dapat diamati. Skinner tertarik pada konsep penguatan dan menerapkannya dalam dirinya sendiri. Albert Bandura dan rekan-rekannya yang merintis dalam bidang social modeling dan memperkenalkannya sebagai suatu proses yang menjelaskan beragam bentuk pembelajaran.
Pandangan tentang manusia
1.       Faktor lingkungan amat penting dalam proses belajar. Manusia adalah produser dan produk dari lingkungannya ( bandura, 1997)
2.       Aspek penting pada manusia adalah tingkah laku yang dapat diukur dan pengukuran klinisnya harus didasarkan pada pengukuran empiris.

3 tema dalam terapi behaviour
1.    Berorientasi pada aksi
2.    Proses kognitif
3.    Peran tanggungjawab terhadap suatu perilaku
Tujuan Terapi Behavioral
Terapi behavioral  memfokuskan pada persoalan-persoalan perilaku spesifik atau perilaku menyimpang yang bertujuan untuk menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar dengan dasar bahwa segenap tingkah laku itu dipelajari, termasuk tingkah laku yang maladaptif.
Proses terapeutic dalam terapi behaviour:
Kazdin ( 1978) menggambarkan karakteristik terapi behaviour secara umum sebagai berikut:
1.    Fokus pada pengaruh langsung perilaku ( bukan determinan sejarah perilaku)
2.    Penekanan pada perubahan perilaku yang dapat diobservasi
3.    Tujuan treatment bersifat spesifik, konkret, dan objektif
4.    Penilaian dasar sebagai sumber hipotesis dan teknik terapi
5.    Target problem harus dapat didefinisikan sebagai acuan treatment dan pengukuran
 Sikap, Peran, dan Tugas Konselor
Perhatian utama konselor behavioral adalah perilaku yang tampak. Dengan alasan ini banyak asumsi yang berkembang tentang pola hubungan konselor dengan klien lebih manipulatif-mekanistik dan sangat tidak pribadi. Namun setelah diperhatikan lebih lanjut, pendekatan dalam konseling behavioral lebih cenderungg direktif karena dalam pelaksanaannya konselor-lah yang lebih banyak berperan. Sikap yang dimiliki oleh konselor behavior adalah lebih menerima dan mencoba memahami apa yang dikemukakan konseli tanpa menilai dan mengkritiknya. Dalam proses terapi, konselor berperan sebagai guru atau mentor.
Peran Konselor:
a.       Menyebutkan tingkah laku maladaptif
b.      Memilih tujuantujuan yang masuk akal
c.       Mengarahkan dan membimbing keluarga untuk merubah tingkah laku yang tak sesuai.
Tugas utama terapis adalah melakukan tindak lanjut penilaian untuk melihat apakah perubahan yang tahan lama dari waktu ke waktu. Penekanannya adalah untuk membantu klien mempertahankan perubahan dari waktu ke waktu dan memperoleh keterampilan mengatasi perilaku dan kognitif untuk mencegahnya kambuh.
Teknik-teknik Terapi Behavioral
Untuk mencapai tujuan dalam proses konseling diperlukan teknik-teknik yang digunakan untuk pengubahan perilaku. Beberapa tekniknya sebagai berikut:
a.       Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif, biasanya berupa kecemasan, dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan dengan cara memberikan stimulus yang secara perlahan dan santai.
b.      Terapi Implosif
Terapi Implosif dikembangkan atas dasar pandangan tentang seseorang yang secara berulang-ulang dihadapkan pada situasi kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan ternyata tidak muncul, maka kecemasan akan hilang. Atas dasar itu klien diminta untuk membayangkan stimulus-stimulus yang menimbulkan kecemasan.
c.       Latihan Perilaku Asertif
Latihan perilaku asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak atau benar.
d.      Pengkondisian Aversi
Teknik pengkondisian diri digunakan untuk meredakan perilaku simptomatik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan, sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut terhambat kemunculannya.  
e.      Pembentukan Perilaku Model
Perilaku model digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien, memperkuat perilaku yang sudah terbentuk dengan menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, baik menggunakan model audio, model fisik, atau lainnya yang dapat diamati dan dipahami jenis perilaku yang akan dicontoh.
f.        Kontrak Perilaku
Kontak perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Dalam terapi ini konselor memberikan ganjaran positif yang penting dibandingkan memberikan hukuman jika kontrak tidak berhasil.
g.       Token Ekonomi
Token ekonomi dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token ekonomi, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan yang nyata yang nantinya bisa ditukarkan dengan objek atau hak istimewa yang diinginkan. Tujuan prosedur ini adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang intrinsik. Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup mengganjar untuk memelihara tingkah laku yang baru.
Kelebihan dan Kelemahan Terapi Behavioral
          Kelebihan Terapi Behavioral:
a.    Pembuatan tujuan terapi antara konselor dan konseli diawal dijadikan acuan keberhasilan proses terapi.
b.      Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu diperbaharui
c.       Waktu konseling relatif singkat
d.     Kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik.
Kelemahan Terapi Behavioral:
a.       Dapat mengubah perilaku tetapi tidak mengubah perasaan
b.      Mengabaikan faktor relasional penting dalam terapi
c.       Tidak memberikan wawasan
d.      Mengobati gejala dan bukan penyebab
e.       Melibatkan kontrol dan manipulasi oleh konselor.
Sumber:
Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Modul psikologi konseling

Senin, 22 April 2013

Rational Emotive Therapy

Awal mulanya RATIONAL EMOTIVE THERAPY

 Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan di Amerika pada tahun 1960-an oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo Freudian. Teori ini dikembangkanya ketika ia dalam praktek terapi mendapatkan bahwa sistem psikoanalisis ini mempunyai kelemahan-kelemahan secara teoritis. Teori Rasional Emotif ini merupakan sintesis baru dari Behavior Therapy yang klasik (termasuk Skinnerian Reinforcement dan Wolpein Systematic Desensitization). Oleh karena itu Ellis menyebut terapi ini sebagai Cognitive Behavior Therapy atau Comprehensive Therapy.
            Konsep ini merupakan sebuah aliran baru dari Psikoterapi Humanistik yang berakar pada filsafat eksistensialisme yang dipelopori oleh Kierkegaard, Nietzsche, Buber, Heidegger, Jaspers dan Marleu Ponty, yang kemudian dilanjutkan dalam bentuk eksistensialisme terapan dalam Psikologi dan Psikoterapi, yang lebih dikenal sebagai Psikologi Humanistik.
 Pelopor dan sekaligus promotor utama dari corak konseling Rational Emotive Therapy ini adalah Albert Ellis pada tahun 1962. Sebagaimana diketahui aliran ini dilatarbelakangi oleh filsafat eksistensialisme yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk  yang berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti; manusia bebas, berpikir, beernafsu, dan berkehendak.
            Rational Emotive Therapy yang menolak pandangan aliran psikoanalisis yang berpandangan bahwa peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan terjadinyagangguan emosional. Menurut Ellis bukanlah pengalaman atau peristiwa eksternalyang menimbulkan emosional, akan tetapi tergantung kepada pengertian yang diberikan terhadap peristiwa atau pengalaman itu. Gangguan emosi terjadi disebabkan pikiran-pikiran seorang yang bersifat irrasional terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya.
            Rational Emotive Therapy berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia dan tentang proses manusia dapat mengubah diri, yang sebagian bersifat filsafat dan sebagian bersifat psikologis, yaitu :
a)      Manusia adalah makhluk yang manusiawi, artinya dia bukan superman dan juga bukan makhluk yang kurang dari seorang manusia.
b)      Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh bekal keturunan atau pembawaan, tetapi sekaligus juga tergantung dari pilihan-pilihan yang dibuat sendiri.
c)      Hidup secara rasional berarti berpikir, berperasaan, dan berperilaku sedemikian rupa, sehingga kebahagiaan hidup dapat dicapai secara efisien dan efektif.
d)     Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk hidup secara rasional dan sekaligus untuk hidup secara tidak rasional.
e)      Orang kerap berpegang pada setumpuk keyakinanyang sebenarnya kurang masuk akal atau irrasional, yang ditanamkan sejak kecil dalam lingkungan kebudayaan atau diciptakan sendiri.
f)       Pikiran-pikiran manusia biasanya menggunakan berbagai lambang verbal dan dituangkan dalam bentuk bahasa.
g)      Bilamana seseorang merasa tidak bahagia dan mengalami berbagai gejolak perasaan yang tidak menyenangkan serta membunuh semangat hidup, rasa-rasa itu bukan berpangkal pada rentetan kejadian dan pengalaman kemalangan yang telah berlangsung, melainkan pada tanggapannya yang tidak rasional terhadap kejadian dan pengalaman itu.
h)      Untuk membantu orang mencapai taraf kebahagian hidupyang lebih baik dengan hidup secara rasional.
i)        Mengubah diri dalam berpikir irrasional bukan perkara yang mudah, karena orang memiliki kecenderungan untuk mempertahankan keyakinan-keyakinan yang sebenarnya tidak masuk akal, ditambah dengan perasaan cemas tentang ketidakmampuannya mengubah tingkah lakunya dan akan kehilangan berbagai keuntungan yang diperoleh dari perilakunya.
j)        Konselor RET harus berusaha membantu orang menaruh perhatian wajar pada kebahagiaan batinnya sendiri tanpa menuntut secara mutlak dukungan dari orang lain.
k)      Konselor harus membantu konseli mengubah pikirannya yang irrasional dengan mendiskusikannya secara terbuka dan terus terang.
l)        Diskusi itu akan menghasilkan efek-efek yaitu pikiran-pikiran yang lebih rasional , perasaan yang lebih wajar, dan berperilaku yang lebih tepat dan lebih sesuai.
Tujuan Rational Emotive Therapy
            Ellis menunjukkan bahwa banyak jalan yang digunakan dalam Rational Emotive Therapy(RET) yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu : " meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik". Tujuan psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri merka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka.
            Ringkasnya, proses terapeutik terdiri atas penyembuhan irasionalitas dengan rasionalitas. Karena individu pada dasarnya adalah makhluk rasional dan karena sumber ketidakbahagiaannya adalah irasionalitas, maka individu bisa mencapai kebahagiaan dengan belajar berpikir rasional. Proses terapi, karenanya sebagian besar adalah proses belajar-mengajar. Menghapus pandangan hidup klien yang mengalahkan diri dan membantu klien dalam memperoleh pandangan hidup yang lebih toleran dan rasional. Tujuan dari Rational Emotive Theory adalah:
1.  Memperbaiki dan mengubah segala perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
2.  Menghilangkan gangguan emosional yang merusak
3. Untuk membangun Self Interest, Self Direction, Tolerance, Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.
4. Menunjukkan dan menyadarkan klien bahwa cara pikir yang tidak logis itulah penyebab gangguan emosionalnya.
Teori A-B-C tentang Kepibadian
Rational Emotive Therapy dimulai dengan ABC:
A.   activating experiences atau pengalaman-pengalaman pemicu, seperti kesulitan-kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penyebab ketidak bahagiaan.
B.   beliefs, yaitu keyakinan-keyakinan, terutama yang bersifat irasional dan merusak diri sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan kita.
C.   consequence, yaitu konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negatif seperti panik, dendam dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan--keyakinan kita yang keliru.
            Pada dasarnya, kita merasakan sebagaimana yang kita pikirkan. Maka, alangkah lebih baiknya apabila kita selalu memiliki perasaan positif.
      Tindakan paling efisien untuk membantu orang-orang dalam membuat perubahan-perubahan kepribadiannya adalah dengan mengkonfrontasikan mereka secara langsung dengan filsafat hidup mereka sendiri, menerangkan kepada mereka bagaimana cara berfikir secara logis, sehingga mengajari mereka untuk mampu mengubah atau bahkan menghapuskan keyakinan-keyakinan irasionalnya.
        Ellis menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psi-kologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
            Dalam pelaksanaan Rational Emotive Therapy ini, terapis harus benar-benar mengenal dirinya sendiri dengan baik, sehingga ia bisa memisahkan falsafah hidupnya dan tindak memaksakan keyakinannya pada klien. Disamping itu, terapis juga harus mengetahui timing yang tepat untuk memberikan dorongan pada klien. Terapis harus menghindari terjadinya indoktrinasi atas diri klien. Yang perlu dilakukan terapis hanyalah menyampaikan kepada klien apa yang salah dan bagaimana klien harus mengubahnya menjadi benar.
            Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan kesepian karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan me¬nyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri.
       Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.
        Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia memang “diprogram” untuk selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian” semacam ini. Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan absolut. Ada beberapa jenis “pikiran¬-pikiran yang keliru” yang biasanya diterapkan orang, di antaranya:
1. Mengabaikan hal-hal yang positif,
2. Terpaku pada yang negatif,
3. Terlalu cepat menggeneralisasi.
Teknik Konseling
Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut:
·      Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
a. Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
b. Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
c. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
·      Teknik-teknik Behavioristik
a. Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
b. Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.
·      Teknik-teknik Kognitif
a. Home work assigments,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
b. Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah :
(a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya;
(b) membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain;
(c) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan
 (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.
 Kelebihan dan Kelemahan Rational Emotif Therapy
1. Kelebihan Rational Emotif Therapy
A.Pendekatan ini cepat sampai kepada masalah yang dihadapi oleh konseli. Dengan demikian, perawatan juga dapat dilakukan dengan cepat.
B.Para konseli bisa memperoleh sejumlah besar pemahaman dan akan menjadi sangat sadar akan sifat masalahnya.
C. Kaedah berfikir logis yang diajarkan kepada konseli dapat digunakan dalam menghadapi masalah yang lain.
D. Konseli merasa dirinya mempunyai keupayaan intelaktual dan kemajuan dari cara berfikir.
E.  Menekankan pada peletakan pemahaman yang baru di peroleh ke dalam tindakan yang memungkinan pada konseli mempraktekkan tingkah laku baru dan membantu mereka dalam pengkondisian ulang.
2.  Kelemahan Rational Emotif Therapy
A. Ada konseli yang boleh ditolong melalui analisa logis dan falsafah, tetapi ada pula yang tidak begitu cerdas otaknya untuk dibantu dengan cara yang sedemikian yang berasaskan kepada logika.
B.  Ada sebagian konseli yang begitu terpisah dari realitas sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata sukar sekali dicapai.
C. Ada juga sebagian konseli yang memang suka mengalami gangguan emosi dan bergantung kepadanya dalam hidupnya, dan tidak mau berbuat apa-apa perubahan lagi dalam hidup mereka.
D. Karena pendekatan ini sangat didaktif, terapis perlu mengenal dirinya sendiri dengan baik dan hati – hati agar tidak hanya memaksakan filsafat hidupnya sendiri, kepada para konselinya.
E.  Terapis yang tidak terlatih memandang terapi sebagai “pencecaran” konseli dengan persuasi, indoktrinasi logika dan nasehat.
SUMBER
Corey. Gerald. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama

Senin, 15 April 2013

Terapi Analisis Transaksional

Analisis transaksional atau disingkat dengan AT adalah suatu pendekatan psikoteraputik yang sanagt dapat diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial klinis ( Cooper dan Turner, 1996). Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.

Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya ber­tujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-­siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).
AT merupakan suatu pendekatan untuk mensistematisasi, menganalisis, dan mengubah saling mempengaruhi di antara manusia, yang menekankan interaksi keduanya ( antara diri dan manusia lain dan kesadaran internal.
Tujuan berne ialah mensistensiskan gagasannya dengan menggunakan istilah yang dapat dipahami sehingga klien dapat berpartisipasi secara aktif dalam mengorganisasikan arah penanganannya sendiri. Tinjauan teoritik tentang AT dikaitkan dengan suatu pendekatan yang mengaitkan internal (intrapsikis) dengan interpersonal dan relasional. Makna AT adalah untuk memperkaya kemampuan untuk menhhadapi dan mengatur situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.
AT dibagi kedalam kategori-kategori sebagai berikut:
*                  Keadaan ego
Adalah realitas ego yang benar benar dialami oleh seseorang secara mental dan fisik pada waktu tertentu . setiap keadaan ego memperlihatkan seperangkat pengalaman pengalaman internal yang khas dan juga perilaku yang dapat diamati.
-             Orangtua à keadaan ego ini menggabungkan pesan pesan dari tokoh otoritas dini yang secara emosional signifikan. Ini meliputi suatu sistem perasaan perasaan, sikap-sikap, dan perilaku-perilaku yang menyerupai seorang tokoh orangtua. Keadaan ego ini berisi elemen elemen yang mengorganisasikan, memelihar, dan melindungi serta penting dan juga terdiri atas nilai, moral dan etika kita.
- orang dewasa à seperangkat pola pola perasaan, sikap dan perilaku otonom yang disesuaikan dengan realitas masa kini.  Keadaan ego ini mengumpulkan dan memproses data, mengevalusasi kemungkinan dan membuat prakiraan, semuanya dalam rangka mengambil keputusan. Ego ini yang paling luwes karena ia berinteraksi paling banyak dengan realitas si sini dan masa kini dan yang palinng sedikit dipengaruhi oleh internalisasi yang kuno.
-        Anak à seperangkat poal perasaan, sikap dan perilaku yang merupakan seorang tokoh masa lalu yang berasal dari masa anak-ank seseorang. Keadaan ego ini berisisi suatu intuisi seseorang dan imajinasi.
*                  Transaksi
Suatu transakasi terdiri atas satu stimulus tunggal dan satu respon tunggal, verbal dan non-verbal, merupakan unit dari tindakan sosial.
Karena keadaan ego merupakan struktur dasar kepribadian, manusi berinteraksi satu sama lain dari satu atau lebih keadaan ego tersebut. Berne membedakan 3 type transaksi : timbal bailik, silang dan tersembunyi.
*                 Permainan dan drama segitiga
Menurut Harris (dalam correy, 1982) bahwa permainan (games) merupakan aspek yang penting dalam mengetahui transaksi yang sebenarnya dengan orang lain.di dalam hal ini perlu diobservasi dan diketahui bgaimana permainan dimainkan dan belaian apa yang diterima, bagaiman keadaan permainan itu, apakah ada jarak dan apa diiringi dengan keakraban.
Analisis Transaksional memandang permainan-permainan sebagai penukaran belaian-belaian yg mengakibatkan berlarutnya-larutnya perasaan-perasaan tidak enak. Permainan-permainan boleh jadi memperlihatkan keakraban. Akan tetapi, orang-orang yang terlibat dalam transaksi-transaksi memainkan permainan menciptakan jarak di antara mereka sendiri dengan mengimpersonalkan pasangannya. Transaksi itu setidaknya melibatkan dua orang yang memainkan permainan. Transaksi permainan akan batal jika salah seorang menjadi sadar bahwa dirinya berada dalam permainan dan kemudian memutusakan untuk tidak lagi memainkannya.
Drama segitigaà bahwa dalam pertukaran-pertukarann di antara manusi dalam suatu permainan., sebagaimana dalam drama kehidupan sehari-hari, para pemain sering kali memainkan satu dari tiga peran yang tidak asli : penyiksa, penyelamat atau korban.
*                  Posisi Hidup
Suatu keputusan yang dibuat dalam rangka merespon bagaimana reaksi figur orang tua terhadap reaksi awal anak perasaan dan kebutuhannya serta merupakan komponen dasar dari naskah hidup dari individu. Ada 4dasar posisi hidup:
1.              I’m Ok –You’re Ok
Individu mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan percaya orang lain.
2.              I’m Ok- You’re not Ok
Individu membutuhkan orang lain akan tetapi tidak ada yang dianggap cocok, individu merasa memnpunyai hak untuk mempergunakan orang lain untuk mencapai tujuannya.
3.              I’m Not Ok- You’re Ok
Individu merasa tidak terpenuhi kebutuhanya dan merasa bersalah.
4.              I’m Not Ok-You’re Not Ok
Individu merasa dirinya tidak baik dan orang lain pun juga tidak baik, karena tidak ada sumber belaian yang positif.
Analisis lifescript individu didasarkan pada drama-nya keluarga asli. Sebagai hasil mengeksplorasi apa yang mereka pelajari berdasarkan lifescript mereka, klien belajar tentang perintah-perintah mereka diterima secara tidak kritis sebagai anak-anak, keputusan mereka dibuat sebagai tanggapan terhadap pesan ini, dan permainan dan raket sekarang mereka terapkan untuk menjaga keputusan awal ini hidup. Dengan menjadi bagian dari proses penemuan diri, klien meningkatkan kesempatan untuk datang ke pemahaman yang lebih dalam belum selesai mereka sendiri bisnis psikologis, dan di samping itu, mereka memperoleh kemampuan untuk mengambil beberapa langkah-langkah awal untuk keluar dari pola-pola merugikan diri sendiri.
*                  batas Status Ego
setiap individu mempunyai ketiga ego tersebut( anak,dewasa, orang tua) bersifat permiabel, sehinggan dimungkinkan terhambatnya aliran dari status ego yang satu ke ego yang lain dalam menaggapi rangsang dari luar.akan tetapi ada batas antara dinding status ego tersebut sangat kuat, sehingga individu tidak mampu melakukan perpindahan ke status ego yang lain. 
Tujuan dalam Pendekatan Analisis Transaksional
Menurut corey, melihat dari tujuan dasar dari analisis transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekrang dan arah hidupnya. Sasaranya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatsai oleh putusan dini mengenai posisi hidupnya. Menurut Lutfi Fauzan, Tujuan konseling analisis transaksional dapat dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
1.      Tujuan Umum Konseling Analisis Transaksional, ialah membantu individu mencapai otonomi. Individu dikatakan mencapai otonomi bilamana ia memliki Kesadaran, Spontanitas, Keakraban.
2.      4 Tujuan Khusus Konseling Analisis Transaksional
A.    Konselor membantu klien membebankan Status Ego Dewasanya dari kontaminasi dan pengaruh negatif Status Ego Anak dan Status Ego Orang tua.
B.     Konselor membantu klian menetapkan kebebasan untuk membuat pilihan-pilihan terlepas dari perintah-perintah orang tua.
C.     Konselor membantu klien untuk menggunakan semua status egonya secara tepat.
D.    Konselor membantu klien  untuk mengubah keputusan-keputusan yang mengarah pada posisi kehidupan “orang kalah”.

Model Penampilan Analisis Transaksional
Agar konselor dapat membantu klien mencapai perubahan tingkah laku maka konselor analisis transaksional harus memiliki keterampilan:
1.      Menganalisis status ego, transaksi, permainan, dan rencana hidup.
2.      Berinteraksi dengan cara terbuka, hangat, dan tulus
3.      Mendengarkan dari mengamati komunikasi klien baik verbal maupun nonverbal.
4.      Mengenai status ego yang digunakan klien pada suatu saat.
5.      Menguasai beberapa pengetahuan tentang prosedur kelompok
Model Analisis dan Diagnosis Masalah Analisis Transaksional
Tahap analisis struktural
Merupakan tahap pertama dari proses konseling konselor membantu klien meneliti struktur status egonya(orang tua, dewasa, dan anak) didalam analisis transaksional klien belajar bagaimana mengidentifikasi status egonya. Agar dapat menetapkan keunggulan status ego yang teruji dalam kenyataan yang bebas dari kontaminasi oleh hal dari masa lalu, seperti teknik kursi kosong, family modelling.
Tahap analisis transaksional
Tahap kedua dimana konselor membantu klien untuk transaksi dengan lingkungannya. Ada tiga tipe transaksi yaitu; komplementer, menyilang, dan terselubung. Seperti, metode belajar, role playing atau teknik psikodrama
Tahap analisis permainan
Konselor dituntut untuk memiliki kemampuan menentukan hasil yang diterima klien dari permainan. bahwa permainan (games) merupakan aspek yang penting dalam mengetahui transaksi yang sebenarnya dengan orang lain.di dalam hal ini perlu diobservasi dan diketahui bgaimana permainan dimainkan dan belaian apa yang diterima, bagaiman keadaan permainan itu, apakah ada jarak dan apa diiringi dengan keakraban. Permainan-permainan boleh jadi memperlihatkan keakraban yang akan terjalin.
Tahap analisis rencana
Suatu Pemahaman lengkap tentang hasil akhir dan gaya hidup klien akan melibatkan analisis rencana kehidupan yang merupakan tahap keempat dari proses konseling analisis transaksional.
Kelemahan dan Kelebihan Dalam Pendekatan Analisis Transaksional
Kelebihan Menurut Gerald Corey :
1.      Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya.
2.      Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.
3.      Integrasi antara konsep dan praktek analisis transaksional dengan konsep tertentu dari terapi gestalt amat berguna karena konselor bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain. Bab ini menyoroti perluasan pendekatan Berne oleh Mary dan almarhum Robert Goulding (1979), pemimpin dari sekolah redecisional TA. The Gouldings berbeda dari pendekatan Bernian klasik dalam beberapa cara. Mereka telah digabungkan TA dengan prinsip-prinsip dan teknik-teknik terapi Gestalt, terapi keluarga, psikodrama, dan terapi perilaku. Pendekatan yang redecisional pengalaman anggota kelompok membantu kebuntuan mereka, atau titik di mana mereka merasa terjebak. Mereka menghidupkan kembali konteks di mana mereka membuat keputusan sebelumnya, beberapa di antaranya tidak fungsional, dan mereka membuat keputusan baru yang fungsional. Redecisional terapi ini bertujuan untuk membantu orang menantang diri mereka untuk menemukan cara-cara di mana mereka menganggap diri mereka dalam peran dan victimlike untuk memimpin hidup mereka dengan memutuskan untuk diri mereka sendiri bagaimana mereka akan berubah.
4.      Memberikan sumbangan pada konseling multikultural karena konseling diawali dengan larangan mengaitkan permasalahan pribadi dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri

Kelemahan dari terapi Analisis Transaksional
1.      Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup membingungkan.
2.      Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.
3.      Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya
4.      Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.

  Aplikasi atau Penerapan dalam Pendekatan Analisis Transaksional
1.      Teknik-teknik pendekatan ini bisa diterapkan pada hubungan orang tua-anak, belajar dikelas, pada konseling dan terapi individual serta kelompok dan pada konseling perkawinan.
2.      Dalam kegiatan kelompok orang- orang bisa dialami dalam suatu lingkungan yang alamiah, yang ditandai keterlibatan dengan orang-orang lain. Interaksi dengan kelompok lain memberikan mereka kesempatan yang amat luas untuk mempraktekan tugas dan memenuhi kontrak.
3.      Memecahkan suatu permasalahan melalui kegiatan kelompok akan membawa para anggota menghayati suatu titik dimana mereka membuat keputusan lebih awal yang beberapa diantaranya sudah tidak fungsional lagi dan mereka akan membuat keputusan baru yang sesuai. Sumbangan utamanya adalah perhatiaanya transaksi-transaksi berkenaan dengan fungsi perwakilan-perwakilan ego.

Sumber
Corey. Gerald. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama




Senin, 01 April 2013

Client Centered Therapy

                                         TERAPI CLIENT – CENTERED

Sesuai dengan namanya yaitu dari nama ‘Client centered’ yang berarti berfokus pada klien. Teknik ini pada awanya dipakai oleh Carl Rogers pada tahun 1942. Teknik ini dipakai secara terbatas pada terapi mahasiswa dan orang orang dewasa muda lain yang mengalami masalah masalah penyesuaian diri yang sederhana. Carl rogers berpendapat bahwa orang orang yang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Dalam pandangan Rogers, gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang memilih dan bertindak sesuai dengan nilai nilai kebutuhan pribadinya.
Pendekatan humanistik Rogers terhadap terapi person centered theraphy membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik. Terapis tidak boleh memaksakan tujuan atau nilai yang dimilikinya kepada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan perasaan yang diungkapkan pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan perasaanya yang lebih dalam dan bagian bagian dari dirinya yang tidak diakui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata kata apa yang diungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.
Terapi berfungsi sebagai penunjang dalam menemukan pribadi kliennya dengan jalan membantu kliennya itu dalam menemukan kesanggupan-kesangupan untuk mencegah masalah-masalah.


Metode terapi person-centered
Rogers mengemukakan 6 syarat dalam proses terapi yang harus dipenuhi oleh terapis. Rogers menyatakan bahwa pasien akan mengadakan respon jika:
1.     Terapis menghargai tanggung  jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri.
2.    Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk menggerakkan dirinya ke arah kematangan (kedewasaan) serta independensi, dan terapis menggunakan kekuatan ini dan bukan usaha-usahanya sendiri.
3.    Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan apa saja yang diinginkannya .
4.    Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap.
5.    Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukan pemahaman dan penerimaannya terhadap emosi-emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukannya  dengan memantulkan kembali dan menjelaskan prasaan-perasaan pasien.
6.    Terapis tidak bpleh bertanya menyelidiki, menyalahkan, memberikan penaksiran, menasihatkan,mengajarkan,membujuk,dan meyakinkan kembali.
Contoh masalah yang bisa di gunakan oleh terapi ini :
Ada individu yang mungkin mempersepsikan dirinya sebagi orang yang ramah, menarik dan suka bergaul, tetapi ketika bersama orang lain ia merasa terabaikan kemudian orang tersebut menjadi tegang, bingung, dan cemas. Lalu ia datang ke terapis, menceritakan semua yang dirasakannya, terapis hanya mendengarkan dan mengarahkan lalu ia sendiri yang menemukan jalan keluarnya.

·         Kelebihan :
1.      pendekatan ini menekankan bahwa konseli dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan proses konseling.
2.    Konseli diberi kebebasan untuk merubah dirinya sendiri.
3.    Pentingnya hubungan antar pribadi dalam proses konseling.
4.    Pentingnya konsep diri.
5.    Konselor berperan untuk mengarahkan dan menunjukkan sikap penuh pemahaman dan penerimaan

·         Kelemahan :
1.     Terkadang konseli seolah-olah merasa tidak diarahkan dan merasa tidak adanya tujuan yang jelas dari proses konseling, apalagi jika tidak adanya pengarahan dan saran dari konselor.
2.    Pendekatan ini dianggap terlalu terikat pada lingkungan kebudayaan Amerika Serikat, yang sangat menghargai kemandirian seseorang dan pengembangan potensi dan kehidupan masyarakat.
3.    Clien centered counselling yang beraliran ortodoks akan sulit diterapkan terhadap siswa dan mahasiswi dan jarang di laksanakan dalam institusi pendidikan indonesia.


Sumber
Semiun, yustinus. 2006. Kesehatan mental 3. Yogyakarta: kanisius
<