Sabtu, 01 Desember 2012

Multikulturalisme


Inti dan substansi dari multikultural adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa, atau pun agama.



Definisi Multikulturalisme

Multikulturalisme berasal dari dua kata, multi (banyak/beragam) dan cultural (budaya atau kebudayaan), yang secara etimologi berarti keberagaman budaya. Budaya yang mesti dipahami, adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan mesti dipahami sebagai semua dialektika manusia terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain.
Multikulturalisme juga merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Menurut Parsudi Suparlan (2002) akar kata dari multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Dalam konteks pembangunan bangsa, istilah multikultural ini telah membentuk suatu ideologi yang disebut multikulturalisme. Konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara sukubangsa atau kebudayaan sukubangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan.
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).

B.  Sejarah Multikulturalisme

Multikulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan asimilasi yang telah menjadi norma dalam paradigmanegara bangsa (nation-state) sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme menghendaki adanya kesatuan budaya secaranormatif (istilah 'monokultural' juga dapat digunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud(pre-existing homogeneity).
Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi yang dimulai di Afrika pada tahun 1999. Namun beberapa tahun belakangan, sejumlah negara Eropa, terutama Inggris dan Perancis, mulai mengubah kebijakan mereka ke arah kebijakan multikulturalisme juga.
 Jenis Multikulturalisme Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam multikulturalisme
1.     Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat dimana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
2.    Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas.
3.    Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima.
4.    Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom, tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.
5.    Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.
Multikultural dapat terjadi di Indonesia karena:
1.    Letak geografis indonesia
2.    perkawinan campur
3.    iklim

Sumber :

Akulturasi Psikologis

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul disaat suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi adalah saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa Jawa. Akulturasi menurut para ahli: 
 1. Harsoyo Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya. 

2. Koentjaraningrat Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi apabila kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda, sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah di dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.

 3. Lauer Akulturasi dapat digambarkan sebagai pola penyatuan antara dua kebudayaan, penyatuan antara dua kebudayaan, penyatuan disini tidak berarti bahwa kesamaannya lebih banyak dari pada perbedaannya, namun berarti kedua kebudayaan yang saling berinteraksi menjadi semakin serupa dibanding sebelum terjadinya kontak antar keduanya.(Lauer,1989:402-407). 

 Psikologis 

 Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis. 

Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli 
1. Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
 2. Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya. 
 3. Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya. Akulturasi Psikologis Jadi, dapat disimpulkan bahwa alkulturasi psikologis yaitu suatu proses sosial yang timbul dimana suatu kelompok manusia dengan perilaku tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu perilaku asing. Perilaku asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam perilakunya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur periaku kelompok sendiri. Singkatnya terdapat perpaduan antara perilaku sendiri dengan perilaku asing, tanpa menghilangkan unsur perilaku kelompok sendiri.

 Berikut artikel tentang akulturasi budaya ngerap dan Jawa

 JAKARTA, suaramerdeka.com -Seperti apa pertunjukan "NewYorkarto: Orang Jawa Ngerap di New York", mengalirkan suguhannya? Dalam konser 
yang tiket pertunjukannya habis terjual itu, -konser yang didukung Djarum Apresiasi Budaya pada 27-28 April kemarin di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki-, ternyata berhasil menarik hati penontonnya. Meski pada saat bersamaan sebuah konser boyband dari Korea, bernama Super Junior, juga digelar di Jakarta. Buktinya, seperti dikatakan Juki Kill the DJ, salah satu penggagas Jogja Hiphop Foundation (JHF) dalam pernyataan resminya yang diterima Suara Merdeka, animo publik untuk menikmati pertunjukan "NewYorkarto: Orang Jawa Ngerap di New York" tetap tinggi. "Kami terkejut dan bangga karena tiket konser Newyorkarto sold out. Apalagi ini merupakan konser tunggal perdana JHF dengan garapan yang berbeda dari biasanya kami konser," katanya. Hal itu, menurutnya, menumbangkan tanggapan yang mengatakan apresiasi publik terhadap karya seni sangat rendah. "Tugas seni dan seninan adalah memberi ruang apresiasi alternatif kepada publik, semoga hal ini cukup menginspirasi," imbuh dia. Konser JHF "NewYorkarto" adalah konser hip hop yang pertama di Indonesia yang memadukan musik hip hop dengan orkestra musik gamelan dan string orkestra. Bahkan, pada konteks pertunjukan musik dunia, memadukan gamelan dan orkestra ke dalam musik hip hop, juga diklaim baru pertama kali dilakukan. Perpaduan ketiganya itulah yang menjadi kekuatan musikal dari konser itu. Ditambah elemen artistik pertunjukan lain seperti multimedia, wayang dan fragmen monolog, koreografi tari, yang membuat konser NewYorkarto menjadi sebuah formulasi pentas hip hop yang dikliam penuh kebaruan. Paling tidak simaklah pendapat Djaduk Ferianto, music director konser Newyorkarto. "Melihat animo masyarakat yang cukup besar, saya semakin semangat untuk menggarap konser ini menjadi suguhan yang sangat menarik, tidak mengecewakan, dan sayang untuk dilewatkan," katanya. Atas alasah itulah, Renitasari, Program Director Djarum Apresiasi Budaya Djarum Foundation mengatakan, "Sebuah kebanggaan bagi kami, acara karya anak bangsa memiliki perhatian dan mampu diminati oleh masyarakat Indonesia." Batik Kudus Yang menarik, dari pertunjukan Newyorkarto adalah kostum dari JHF dan beberapa aksesoris yang digunakan oleh para pemusik dan penari yang menggunakan Batik Kudus. Kehadiran Batik Kudus tersebut akan menambah nuansa Jawa dalam konser unik itu, semakin menarik ketika dilaraskan dengan musik hiphop. Alur pertunjukan itu menggambarkan perjalanan JHF sebagai satu kelompok musik hip hop dalam membangun mimpi dan idealisme bermusiknya, suka dukanya, juga pertumbuhan dan pencapaian musikalnya, akar tradisi yang membentuk dan memberinya semangat bermusik sampai pergaulannya dengan musik-musik (hip hop) dunia. Secara penceritaan "NewYorkarto" pada bagian awalnya bernarasi tentang semangat dan konteks bermusik anak-anak JHF. Yaitu sebuah akar tradisi dan budaya yang membentuk musik dan kehidupan mereka. Koreografi tarian yang mengacu pada Tari Angguk atau Kubrosiswo mempertegas latar tradisi ini. Pada bagian ini, kemunculan bentuk “Wayang Beber” akan menjadi bagian dari narasi pertunjukan. Wayang Beber, sebagai bentuk pertunjukan wayang yang nyaris punah dan dilupakan, diberi sentuhan yang baru dan segar, dengan permainan multimedia dan penampilan dalang Ki Catur Kuncoro. Pada bagian kedua digambarkan latar sosial yang menjadi latar kehidupan anak-anak JHF. Bagaimana latar sosial dan kehidupan di Yogyakarta, sebagai kota di mana mereka hidup dan tinggal, sejak kanak-kanak hingga mereka besar, menjadi sumber inspirasi yang tak pernah habis dan ikut membentuk semangat komunitas mereka. Melalui lagu-lagu seperti “Cintamu Sepahit Topi Miring”, “Gangsta Gapit”, dan lain-lain, suasana latar sosial itu dimunculkan. Kemudian, pada bagian ketiga, adalah latar politik ke-Indonesia-an, sebagai bagian dari perjalanan bermusik JHF. Proses akulturasi sebagai bangsa, sebuah proses menjadi Indonesia, adalah sebuah proses yang terus berlangsung secara dialektis dalam musik JHF, bahkan juga tampak pada tema-tema (lirik) lagu yang mereka tulis, seperti “Jula-juli Jaman Edan” dan beberapa lagu lain yang bermuatan kritik sosial yang menggambarkan carut-marut berbangsa dan bernegara. Wayang Situasi sosial itu muncul dan divisualkan dalam multimedia dan permainan wayang kulit. Disini, wayang kulit dipakai sebagai elemen artistik yang klasik sekaligus kontemporer. Figur-figur Punakawan akan berbaur dengan bentuk atau figur wayang yang telah distilisasi, diberi sentuhan perupaan yang lebih kontemporer: semacam penggambaran proses menjadi Indonesia yang lebih kontemporer tanpa kehilangan akar tradisi yang membentuknya. Latar sosial dan politik, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari inspirasi bermusik JHF, muncul dalam bagian ini. Dibagian inilah akan muncul suasana: ketika banyak peristiwa sosial, kerusuhan sosial dan kegentingan politik, sampai pada suasana sublimasi yang penuh renungan. Yang ditampilkan secara artistik dalam permainan wayang, multimedia dan musik hip hop dengan sentuhan string orkestra. Yang berpuncak pada lagu “Lingsir Wengi”. Lagu yang liriknya diambil dari Serat Centhini, yang mengungkapkan tentang kesejatian rindu pada keheningan Ilahiah. Pada bagian keempat, dimunculkan suasana modern: inilah tahapan di mana menjadi modern adalah keniscayaan. Dalam bermusik dan juga kehidupan. Indonesia yang modern, dengan manusia-manusia modern yang hidup di dalamnya, dengan seluruh ekspresi budaya dan musik yang dihasilkannya. Di bagian ini akan muncul Iwa K dan Saykoji, sebagai representasi dari artis Indonesia modern, yang telah memilih gaya musik mereka yang ikut membentuk kebudayaan Indonesia modern hari ini. Pada bagian kelima, dari latar modern itulah JHF memasuki lingkungan pergaulan internasional. Terutama bagian ketika mereka manggung di New York. Potongan-potongan pemanggungan mereka di New York menjadi latar dari bagian ini. Hingga kemudian sampai pada lagu Jogja Istimewa. Seperti perjalanan sprititual kembali ke kota asal di mana mereka lahir dan tumbuh. Inilah perjalanan ulang-alik secara musikal dan artistik dari Yogyakarta ke New York. Itulah NewYorkarto dalam konser itu. Secara keseluruhan, "NewYorkarto: Orang Jawa Ngerap di New York" menjadi semacam konser restrospektif perjalanan karier dan musikal JHF sejak mulai manggung di panggung-panggung kecil di kampung-kampung Jogja, hingga akhirnya mampu manggung di jantung musik hip hop dunia: New York. Itulah sebuah kisah tentang bagaimana upaya keras dan konsistensi meraih mimpi sembari terus meyakini idealisme bermusik yang diyakini. Sebagai Show Director, Agus Noor untuk kali kesekian bersama Djaduk Ferianto sebagai Music Director bersama Artistic Director (Clink Sugiharto), dan Puppet Master (Ki Catur “Benyek” Kuncoro) serta sejumlah pendukung lainnya seperti Jogja Hip Hop Foundation, Kua Etnika, Soimah Pancawati, Butet Kartaredjasa, Saykoji, dan Iwa K telah menunjukkan betapa rap dengan medium bahasa Jawa sekali pun tetap lebih dari mampu untuk menyampaikan pesannya. Sebagai catatan JHF adalah kelompok hip hop Indonesia pertama yang diundang untuk menggelar konser eksklusif di New York, Amerika Serikat pada 2011, lalu. Berbagai undangan kolaborasi kemudian mengikuti keberhasilan konser tunggal mereka di kota kelahiran hip hop itu. Antara lain datang dari Will.I.Am (Black Eyed Peas, AS), Akala (Inggris), dan Matisyahu (The Bronx, AS).

 Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologis http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/ http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/entertainmen/2012/05/01/5988/Melaraskan-Hip-Hop-Wayang-dan-Gamelan