Sabtu, 01 Desember 2012

Multikulturalisme


Inti dan substansi dari multikultural adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa, atau pun agama.



Definisi Multikulturalisme

Multikulturalisme berasal dari dua kata, multi (banyak/beragam) dan cultural (budaya atau kebudayaan), yang secara etimologi berarti keberagaman budaya. Budaya yang mesti dipahami, adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan mesti dipahami sebagai semua dialektika manusia terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain.
Multikulturalisme juga merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Menurut Parsudi Suparlan (2002) akar kata dari multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Dalam konteks pembangunan bangsa, istilah multikultural ini telah membentuk suatu ideologi yang disebut multikulturalisme. Konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara sukubangsa atau kebudayaan sukubangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan.
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).

B.  Sejarah Multikulturalisme

Multikulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan asimilasi yang telah menjadi norma dalam paradigmanegara bangsa (nation-state) sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme menghendaki adanya kesatuan budaya secaranormatif (istilah 'monokultural' juga dapat digunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud(pre-existing homogeneity).
Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi yang dimulai di Afrika pada tahun 1999. Namun beberapa tahun belakangan, sejumlah negara Eropa, terutama Inggris dan Perancis, mulai mengubah kebijakan mereka ke arah kebijakan multikulturalisme juga.
 Jenis Multikulturalisme Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam multikulturalisme
1.     Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat dimana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
2.    Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas.
3.    Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima.
4.    Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom, tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.
5.    Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.
Multikultural dapat terjadi di Indonesia karena:
1.    Letak geografis indonesia
2.    perkawinan campur
3.    iklim

Sumber :

Akulturasi Psikologis

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul disaat suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi adalah saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa Jawa. Akulturasi menurut para ahli: 
 1. Harsoyo Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya. 

2. Koentjaraningrat Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi apabila kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda, sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah di dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.

 3. Lauer Akulturasi dapat digambarkan sebagai pola penyatuan antara dua kebudayaan, penyatuan antara dua kebudayaan, penyatuan disini tidak berarti bahwa kesamaannya lebih banyak dari pada perbedaannya, namun berarti kedua kebudayaan yang saling berinteraksi menjadi semakin serupa dibanding sebelum terjadinya kontak antar keduanya.(Lauer,1989:402-407). 

 Psikologis 

 Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis. 

Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli 
1. Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
 2. Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya. 
 3. Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya. Akulturasi Psikologis Jadi, dapat disimpulkan bahwa alkulturasi psikologis yaitu suatu proses sosial yang timbul dimana suatu kelompok manusia dengan perilaku tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu perilaku asing. Perilaku asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam perilakunya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur periaku kelompok sendiri. Singkatnya terdapat perpaduan antara perilaku sendiri dengan perilaku asing, tanpa menghilangkan unsur perilaku kelompok sendiri.

 Berikut artikel tentang akulturasi budaya ngerap dan Jawa

 JAKARTA, suaramerdeka.com -Seperti apa pertunjukan "NewYorkarto: Orang Jawa Ngerap di New York", mengalirkan suguhannya? Dalam konser 
yang tiket pertunjukannya habis terjual itu, -konser yang didukung Djarum Apresiasi Budaya pada 27-28 April kemarin di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki-, ternyata berhasil menarik hati penontonnya. Meski pada saat bersamaan sebuah konser boyband dari Korea, bernama Super Junior, juga digelar di Jakarta. Buktinya, seperti dikatakan Juki Kill the DJ, salah satu penggagas Jogja Hiphop Foundation (JHF) dalam pernyataan resminya yang diterima Suara Merdeka, animo publik untuk menikmati pertunjukan "NewYorkarto: Orang Jawa Ngerap di New York" tetap tinggi. "Kami terkejut dan bangga karena tiket konser Newyorkarto sold out. Apalagi ini merupakan konser tunggal perdana JHF dengan garapan yang berbeda dari biasanya kami konser," katanya. Hal itu, menurutnya, menumbangkan tanggapan yang mengatakan apresiasi publik terhadap karya seni sangat rendah. "Tugas seni dan seninan adalah memberi ruang apresiasi alternatif kepada publik, semoga hal ini cukup menginspirasi," imbuh dia. Konser JHF "NewYorkarto" adalah konser hip hop yang pertama di Indonesia yang memadukan musik hip hop dengan orkestra musik gamelan dan string orkestra. Bahkan, pada konteks pertunjukan musik dunia, memadukan gamelan dan orkestra ke dalam musik hip hop, juga diklaim baru pertama kali dilakukan. Perpaduan ketiganya itulah yang menjadi kekuatan musikal dari konser itu. Ditambah elemen artistik pertunjukan lain seperti multimedia, wayang dan fragmen monolog, koreografi tari, yang membuat konser NewYorkarto menjadi sebuah formulasi pentas hip hop yang dikliam penuh kebaruan. Paling tidak simaklah pendapat Djaduk Ferianto, music director konser Newyorkarto. "Melihat animo masyarakat yang cukup besar, saya semakin semangat untuk menggarap konser ini menjadi suguhan yang sangat menarik, tidak mengecewakan, dan sayang untuk dilewatkan," katanya. Atas alasah itulah, Renitasari, Program Director Djarum Apresiasi Budaya Djarum Foundation mengatakan, "Sebuah kebanggaan bagi kami, acara karya anak bangsa memiliki perhatian dan mampu diminati oleh masyarakat Indonesia." Batik Kudus Yang menarik, dari pertunjukan Newyorkarto adalah kostum dari JHF dan beberapa aksesoris yang digunakan oleh para pemusik dan penari yang menggunakan Batik Kudus. Kehadiran Batik Kudus tersebut akan menambah nuansa Jawa dalam konser unik itu, semakin menarik ketika dilaraskan dengan musik hiphop. Alur pertunjukan itu menggambarkan perjalanan JHF sebagai satu kelompok musik hip hop dalam membangun mimpi dan idealisme bermusiknya, suka dukanya, juga pertumbuhan dan pencapaian musikalnya, akar tradisi yang membentuk dan memberinya semangat bermusik sampai pergaulannya dengan musik-musik (hip hop) dunia. Secara penceritaan "NewYorkarto" pada bagian awalnya bernarasi tentang semangat dan konteks bermusik anak-anak JHF. Yaitu sebuah akar tradisi dan budaya yang membentuk musik dan kehidupan mereka. Koreografi tarian yang mengacu pada Tari Angguk atau Kubrosiswo mempertegas latar tradisi ini. Pada bagian ini, kemunculan bentuk “Wayang Beber” akan menjadi bagian dari narasi pertunjukan. Wayang Beber, sebagai bentuk pertunjukan wayang yang nyaris punah dan dilupakan, diberi sentuhan yang baru dan segar, dengan permainan multimedia dan penampilan dalang Ki Catur Kuncoro. Pada bagian kedua digambarkan latar sosial yang menjadi latar kehidupan anak-anak JHF. Bagaimana latar sosial dan kehidupan di Yogyakarta, sebagai kota di mana mereka hidup dan tinggal, sejak kanak-kanak hingga mereka besar, menjadi sumber inspirasi yang tak pernah habis dan ikut membentuk semangat komunitas mereka. Melalui lagu-lagu seperti “Cintamu Sepahit Topi Miring”, “Gangsta Gapit”, dan lain-lain, suasana latar sosial itu dimunculkan. Kemudian, pada bagian ketiga, adalah latar politik ke-Indonesia-an, sebagai bagian dari perjalanan bermusik JHF. Proses akulturasi sebagai bangsa, sebuah proses menjadi Indonesia, adalah sebuah proses yang terus berlangsung secara dialektis dalam musik JHF, bahkan juga tampak pada tema-tema (lirik) lagu yang mereka tulis, seperti “Jula-juli Jaman Edan” dan beberapa lagu lain yang bermuatan kritik sosial yang menggambarkan carut-marut berbangsa dan bernegara. Wayang Situasi sosial itu muncul dan divisualkan dalam multimedia dan permainan wayang kulit. Disini, wayang kulit dipakai sebagai elemen artistik yang klasik sekaligus kontemporer. Figur-figur Punakawan akan berbaur dengan bentuk atau figur wayang yang telah distilisasi, diberi sentuhan perupaan yang lebih kontemporer: semacam penggambaran proses menjadi Indonesia yang lebih kontemporer tanpa kehilangan akar tradisi yang membentuknya. Latar sosial dan politik, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari inspirasi bermusik JHF, muncul dalam bagian ini. Dibagian inilah akan muncul suasana: ketika banyak peristiwa sosial, kerusuhan sosial dan kegentingan politik, sampai pada suasana sublimasi yang penuh renungan. Yang ditampilkan secara artistik dalam permainan wayang, multimedia dan musik hip hop dengan sentuhan string orkestra. Yang berpuncak pada lagu “Lingsir Wengi”. Lagu yang liriknya diambil dari Serat Centhini, yang mengungkapkan tentang kesejatian rindu pada keheningan Ilahiah. Pada bagian keempat, dimunculkan suasana modern: inilah tahapan di mana menjadi modern adalah keniscayaan. Dalam bermusik dan juga kehidupan. Indonesia yang modern, dengan manusia-manusia modern yang hidup di dalamnya, dengan seluruh ekspresi budaya dan musik yang dihasilkannya. Di bagian ini akan muncul Iwa K dan Saykoji, sebagai representasi dari artis Indonesia modern, yang telah memilih gaya musik mereka yang ikut membentuk kebudayaan Indonesia modern hari ini. Pada bagian kelima, dari latar modern itulah JHF memasuki lingkungan pergaulan internasional. Terutama bagian ketika mereka manggung di New York. Potongan-potongan pemanggungan mereka di New York menjadi latar dari bagian ini. Hingga kemudian sampai pada lagu Jogja Istimewa. Seperti perjalanan sprititual kembali ke kota asal di mana mereka lahir dan tumbuh. Inilah perjalanan ulang-alik secara musikal dan artistik dari Yogyakarta ke New York. Itulah NewYorkarto dalam konser itu. Secara keseluruhan, "NewYorkarto: Orang Jawa Ngerap di New York" menjadi semacam konser restrospektif perjalanan karier dan musikal JHF sejak mulai manggung di panggung-panggung kecil di kampung-kampung Jogja, hingga akhirnya mampu manggung di jantung musik hip hop dunia: New York. Itulah sebuah kisah tentang bagaimana upaya keras dan konsistensi meraih mimpi sembari terus meyakini idealisme bermusik yang diyakini. Sebagai Show Director, Agus Noor untuk kali kesekian bersama Djaduk Ferianto sebagai Music Director bersama Artistic Director (Clink Sugiharto), dan Puppet Master (Ki Catur “Benyek” Kuncoro) serta sejumlah pendukung lainnya seperti Jogja Hip Hop Foundation, Kua Etnika, Soimah Pancawati, Butet Kartaredjasa, Saykoji, dan Iwa K telah menunjukkan betapa rap dengan medium bahasa Jawa sekali pun tetap lebih dari mampu untuk menyampaikan pesannya. Sebagai catatan JHF adalah kelompok hip hop Indonesia pertama yang diundang untuk menggelar konser eksklusif di New York, Amerika Serikat pada 2011, lalu. Berbagai undangan kolaborasi kemudian mengikuti keberhasilan konser tunggal mereka di kota kelahiran hip hop itu. Antara lain datang dari Will.I.Am (Black Eyed Peas, AS), Akala (Inggris), dan Matisyahu (The Bronx, AS).

 Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologis http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/ http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/entertainmen/2012/05/01/5988/Melaraskan-Hip-Hop-Wayang-dan-Gamelan

Sabtu, 03 November 2012

Akulturasi dan relasi internakultural


Apa sih yang dimaksud dengan Akulturasi ?


Akulturasi ( acculturation atau culture contact ) adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.Secara singkat, akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan atau lebih sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.
Contohnya, perpaduan kebudayaan antara Hindu-Budha dengan kebudayaan Indonesia, dimana perpaduan antara dua kebudayaan itu tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, kebudayaan Hindu-Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Hal ini disebabkan:
·         Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi, sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
·         Kecakapan istimewa. Bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut dengan istilah local genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Contoh akulturasi budaya adalah meliputi :
·         Seni Bangunan
Dasar bangunan candi itu merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu bangunan punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat pengaruh Hindu-Budha, sehingga menjadi wujud sebuah candi, seperti Candi Borobudur.
·         Seni rupa/Seni lukis
Unsur seni rupa dan seni lukis India telah masuk ke Indonesia.hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Budha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudur tampak adanya seni rupa India, dengan ditemukannya relief-relief ceritera Sang Budha Gautama. Relief pada Candi Borobudur pada umumnya lebih menunjukan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu, juga terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan lukisan asli Indonesia, karena tidak  pernah ditemukan pada candi-candi yang terdapat di India. Juga relief pada Candi Prambanan yang memuat cerita Ramayana.
·         Seni sastra
Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Budha di Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.
·         Kalender
Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di Indonesia merupakan wujud dari akulturasi, yaitu terlihat dengan adanya penggunaan tahun Saka di Indonesia. Di samping itu, juga ditemukan Candra Sangkala atau konogram dalam usaha memperingati peristiwa dengan tahun atau kalender Saka. Candra Sangkala adala angka huruf berupa susunan kalimat atau gambar kata. Contoh tahun Candra Sangkala adalah “Sirna Ilang Kertaning Bumi” sama dengan 1400 (tahun saka) dan sama dengan 1478 Masehi.
·         Kepercayaan dan Filsafat
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Budha tidak meninggalkan kepercayaan asli bangsa Indonesia, terutama terlihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan terhadap dewa-dewa alam.
·         Pemerintahan
Setelah masuknya pengaruh Hindu-Budha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem kepala pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala pemerintahan bukan lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja, yang memerintah wilayah kerajaannya secara turun temurun.
·         Desakan Budaya
 Desakan suatu budaya pada budaya lain disebut dominasi. Contohnya masyarakat Betawi,  Aborigin dan Irian.
Selain itu masih ada lagi ,seperti berikut :

1.Kereta Singo Barong (Cirebon)
 Kereta Singa Barong, yang dibuat pada tahun 1549, merupakan refleksidari persahabatan Cirebon dengan bangsa-bangsa lain. Wajah kereta inimerupakan perwujudan tiga binatang yang digabung menjadi satu, gajahdengan belalainya, bermahkotakan naga dan bertubuh hewan burak. Belalai gajah merupakan persahabatan dengan India yang beragama Hindu,kepala naga melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragama Buddha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya, melambangkanpersahabatan dengan Mesir yang beragama Islam.Kereta ini dibuat oleh seorang arsitek kereta Panembahan Losari danpemahatnya Ki Notoguna dariKaliwulu. Pahatan pada kereta itumemang detail dan rumit. Mencirikanbudaya khas tiga negara sahabat itu,pahatan wadasan dan megamendung mencirikan khas Cirebon, warna-warna ukiran yang merah-hijaumencitrakan khas Cina. Dalam keretaitu, tiga budaya (Buddha, Hindu, danIslam) digambarkan menjadi satudalam trisula di belalai gajah.

2. Keraton Kasepuhan Cirebon
Bangunan arsitektur dan interior Keraton Kasepuhan menggambarkan berbagai macam pengaruh, mulai dari gaya Eropa, Cina, Arab, maupun budaya lokal yang sudah ada sebelumnya, yaitu Hindu dan Jawa. Semua elemen atau unsur budaya di atas melebur pada bangunan Keraton Kasepuhan tersebut.Pengaruh Eropa tampak pada tiang-tiang bergaya Yunani. Arsitektur gaya Eropa lainnya berupa lengkungan ambang pintu berbentuk setengah lingkaran yang terdapat pada bangunan Lawang Sanga (pintu sembilan).Pengaruh gaya Eropa lainnya adalah pilaster pada dinding-dindingbangunan, yang membuat dindingnya lebih menarik tidak datar. Gaya bangunan Eropa juga terlihat jelas pada bentuk pintu dan jendela pada bangunan bangsal Pringgondani, berukuran lebar dan tinggi serta penggunaan jalusi sebagai ventilasi udara.Bangsal Prabayasa berfungsi sebagai tempat menerima tamu-tamu agung. Bangunan tersebut ditopang oleh tiang saka darikayu. Tiang saka tersebut diberi hiasan motif tumpal yang berasal dari Jawa. Pengaruh arsitektur Hindu-Jawa yang jelas menonjol adalah bangunan Siti Hinggil yang terletak di bagian paling depan kompleks keraton. Seluruh bangunannya terbuat dari konstruksi batu bata seperti lazimnya bangunan candi Hindu. Kesan bangunan gaya Hindu terlihat kuat terutama padapintu masuk menuju kompleks tersebut, yaitu berupa gapura berukuran sama atau simetris antara bagian sisi kiri dan kanan seolah dibelah.Pada dinding kiri dan kanan bangsal Agung diberi hiasan tempelanporselen dari Belandaberukuran kecil 110 x 10cm berwarna biru ( blauwedelft ) dan berwarna merah kecoklatan. Pada bagian tengahnya diberi tempelan piring porselen Cina berwarna biru. Lukisan pada piring tersebut melukiskan seni lukis Cina dengan teknik perspektif yang bertingkat.Secara keseluruhan, warna keraton tersebut didominasi warna hijau yang identik dengan simbol Islami. Warna emas yang digunakan pada beberapa ornamen melambangkan kemewahan dan keagungan dan warna merah melambangkan kehidupan ataupun surgawi. Bangunan Keraton Kasepuhan menyiratkan perpaduan antara aspek fungsional dan simbolismaupun budaya lokal dan luar. Mencerminkan kemajemukan gaya maupun kekayaan budaya bangsa Indonesia.

3.Barongsai Kesenian Barongsai, yang awalnya berasal dari Kebudayaan Tionghoa,kini telah berakulturasi dengan kesenian lokal
Lalu apa yang dimaksud dengan Relasi Internakultural ?
Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19). Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13). Kemudian Sumandiyo Hadi (2006: 35) juga memaparkan bahwa akulturasi dan inkulturasi merupakan dua hal yang berkaitan satu sama lain. Akulturasi sebagai perubahan budaya ditandai dengan adanya hubungan antara dua kebudayaan, keduanya saling memberi dan menerima atau shoter. Sumandiyo Hadi juga mengatakan bahwa akulturasi adalah the encounter between two cultures (pertemuan antara dua kebudayaan).
Interkultural adalah komunikasi  yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan  yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Stewart L. Tubbs, mengatakan bahwa interkultural adalah komunikasi  antara orang-orang yang berbeda budaya  (baik dalam arti ras , etnik , atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).
Hamid Mowlana juga menyebutkan bahwa interkultural sebagai Human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.
Sedangkan menurut Fred E. Jandt mengartikan interkultural sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa juga menambahkan bahwa interkultural adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan: Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan.
Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama.
Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita.
Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.
Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya
1.  Fungsi Pribadi
     Menyatakan Identitas Sosial
     Menyatakan Integrasi Sosial
     Menambah Pengetahuan
     Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
2.  Fungsi Sosial
     Pengawasan
     Menjembatani
     Sosialisasi Nilai
     Menghibur
Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya
1.       Relativitas Bahasa
2.       Bahasa Sebagai Cermin Budaya
3.       Mengurangi Ketidak-pastian
4.       Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya
5.       Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya
6.       Memaksimalkan Hasil Interaksi
Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi.
Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif. Dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya. Anda kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurut anda akan memberikan hasil negatif.
 SUMBER :

Minggu, 07 Oktober 2012

Tema 2 : Transmisi Budaya dan Biologis serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan


Transmisi budaya adalah cara sekolompok manusia atau hewan yang berada di dalam suatu wilayah atau budaya untuk mempelajari suatu informasi baru. cara belajar sangat dipengaruhi oleh bagaimana budaya itu dapat disosialisasikan kepada anak kecil dan anak muda. 
Pengertian transmisi kebudayaan tidak hanya terbatas pada mengajarkan kepada anak bagaimana cara belajar, melainkan juga bagaimana menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Fungsi transmisi kebudayaan masayarakat kepada anak dapat dibedakan duan macam, yaitu: (1) transmisi pengetahuan dan ketrampilan, (2) transmisi sikap, nilai-nilai dan norma-norma.
Transmisi pengetahuan mencakup pengetahaun tentang bahasa, sistem matematika, pengetahuan alam dan sosial, dan penemuan-penemuan teknologi. Dalam masyarakat industri yang komplek, fungsi transmisi pengetahuan tersebut sangat penting sehingga proses belajar di sekolah memakan waktu lebih lama, membutuhkan guru-guru dan lembaga yang khusus. Dalam arti yang sempit transmisi pengetahuan dan keterampilan itu berbentuk vokasional training, contoh di masyarakat Mobutu ayah mengajarkan kepada anaknya cara membuat panah untuk perburuan binatang, di sekolah teknik anak belajar bagaimana caranya meperbaiki mobil.Perlu diingta bahawa sesungguhnya penegertian transmisi kebudayaan tidak hanya terbatas pada mengajarkan kepada anak bagaimana cara belajar, melainkan juga bagaimana menemukan dan meciptakan sesuatu yang baru.
 Bentuk – bentuk Transmisi Budaya ada 3 yaitu
Enkulturasi atau pembudayaan, yaitu proses mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini berlangsung sejak kecil, mulai dari lingkungan kecil (keluarga) ke lingkungan yang lebih besar (masyarakat). Misalnya anak kecil menyesuaikan diri dengan waktu makan dan waktu minum secara teratur, mengenal ibu, ayah, dan anggota-anggota keluarganya, adat, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam keluarganya, dan seterusnya sampai ke hal-hal di luar lingkup keluarga seperti norma, adat istiadat, serta hasil-hasil budaya masyarakat.
Sosisalisasi adalah proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota.Di mana-mana, di berbagai kebudayaan, sosialisasi tampak berbeda-beda tetapi juga sama. Meskipun caranya berbeda, tujuannya sama, yaitu membentuk seorang manusia menjadi dewasa. Proses sosialisasi seorang inndividu berlangsung sejak kecil. Mula-mula mengenal dan menyesuaikan diri dengan individu-individulain dalam lingkungan terkecil (keluarga), kemudian dengan teman-teman sebaya atau sepermainan yang bertetangga dekat, dengan saudara sepupu, sekerabat, dan akhirnya dengan masyarakat luas.
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia  dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi: Saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa Jawa.

Pengaruh Enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.

Pengaruh Sosialisasi terhadap perkembangan psikologi individu
Sosiologi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat.

Pengaruh Akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Awal masa perkembangan dan pola kelekatan (attachment) pada ibu atau pengasuh
Kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya mempengaruhi pola perkembangan seorang anak, jika seorang anak sedari dini lebih banyak menghabiskan waktunya bersama pengasuh maka kelekatan antara seorang anak dan ibu tersebut kurang daripada seorang anak yang banyak menghabiskan waktunya bersama dengan ibu nya. Karena pengaruh sosialisasi, akulturasi dan enkulturasi terjadi di masyarakat membuat setiap orang berusaha untuk mengetahui hal tersebut. Sehingga pola perilaku individu mengalami proses belajar dalam kesehariannya melalui sosialisasi terhadap lingkungan yang mempengaruhinya.
Psikologi individu cenderung lebih menekankan kepada bagaimana individu bertingkah laku di kehidupan sehari-hari jika kita liat dari sudut pandang cara belajar maka tingkah laku ini sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya juga.
Perkembangan adalah proses hidup manusia dari dilahirkan hingga meninggal dan banyak hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan seseorang diantaranya budaya
Pola asuh adalah cara orang tua untuk menjaga, mendidik, dan membesarkan anak-anak mereka dan pola asuh ini sangat dipengaruhi oleh budaya, karena menurut observasi saya rata-rata ibu-ibu muda yang baru mempunyai anak cenderung meminta nasihat kepada orang tua mereka tentang bagaimana cara mengasuh anak mereka dan secara tidak langsung jika ditelusuri jika anak meminta nasihat kepada orang tua untuk mengasuh anak dan orang tua meminta nasihat kepada orang tuanya dan begitu seterusnya maka bisa di katakan bahwa itulah yang disebut enkulturasi pola asuh.

SUMBER:

Tema 1 : Pengertian dan Tujuan dari Psikologi Lintas Budaya dan Hubungan antara Psikologi Lintas Budaya dengan Disiplin Ilmu Lainny

Psikologi Lintas Budaya adalah..
Cabang dari ilmu psikologi yang melihat bagaimana faktor-faktor budaya mempengaruhi perilaku manusia. Budaya mengacu pada banyak karakteristik dari sekelompok orang, termasuk sikap, perilaku, adat istiadat dan nilai-nilai yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Matsumoto, 2000). Psikologi lintas budaya mengkaji mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik, mengenai hubungan-hubungan di antara perubahan psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan perubahan biologis, serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam perubahan  tersebut
Tujuan dari psikologi lintas-budaya adalah untuk melihat kedua perilaku universal dan perilaku yang unik untuk mengidentifikasi di mana dampak perilaku kita, kehidupan keluarga, pendidikan, pengalaman sosial dan daerah lainnya.
Lalu menurut para ahli , didefinisikan sebagai berikut :
  • *      Seggal, Dasen, dan Poortinga (1990) :  kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk, dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya.
  • *   Triandis, Malpass, dan Davidson (1972) :  kajian suatu pokok persoalan yang bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan menggunakan metode pengukuran yang ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yang dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi universal.
  • *     Brislin, Lonner, dan Thorndike, 1973) : kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa ke arah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan.
  • * Triandis (1980) : kajian sistematik mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam budaya yang berbeda, yang dipengaruhi budaya atau mengakibatkan perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan.
  • *      Ecksenberger ( 1972 ) : perbandingan variabel psikologis secara sistematis yang jelas dalam kondisi budaya yang berbeda dalam rangka untuk menentukan pendahulu dan proses yang menengahi munculnya perbedaan perilaku.
  • *      Matsumoto  (1996) : berbagai macam tipe penelitian tentang perilaku manusia yang memperbandingkan antara dua atau lebih budaya yang ada.
  • *      Berry  ( 1992 ) : studi tentang persamaan dan perbedaan fungsi psikologis individu dalam berbagai budaya dan kelompok etnis, serta hubungan antara variabel psikologis dan budaya sosial, ekologi, variabel biologi, serta perubahan variabel-variabel tersebut.


 Tujuan Psikologi Lintas Budaya yaitu ..


Menurut Berry dan Dassen (1974) disebut "tujuan membawa dan menguji". Jadi intinya bahwa psikolog berusaha membawa hipostesis dan temuan mereka ke lingkungan budaya lain untuk menguji daya terapannya dalam kelompok manusia lain. Selain  itu tujuannya adalah menjelajahi budaya lain untuk menemukan variasi psikologis yang tidak dijumpai dalam pengalaman budaya seseorang yang memang terbatas.
Jadi inti dari tujuan psikologi lintas budaya adalah mencari perbedaan serta persamaan fungsi secara psikologis dalam berbagai budaya.

Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Disiplin Ilmu lainnya .. 


Ø  Hubungan psikologi lintas budaya dengan Antropologi : Psikologi lintas-budaya dan antropologi sering tumpang tindih, baik disiplin cenderung memfokuskan pada aspek yang berbeda dari suatu budaya. Sebagai contoh, banyak masalah yang menarik bagi psikolog yang tidak ditangani oleh antropolog, yang memiliki masalah mereka sendiri secara tradisional, termasuk topik-topik seperti kekerabatan, distribusi tanah, dan ritual.
Ø  Hubungan psikologi lintas budaya dengan Sosiologi : Pada masa dahulu orang-orang melakukan kegiatan berdagang mengakibatkan adanya kontak budaya yang menghasilkan bentuk-bentuk akulturasi kebudayaan baru tetapi tidak melenyapkan kebudayaan sendiri. 
Ø  Hubungan psikologi lintas budaya dengan Psikolgi klinis : Dalam psikologi klinis menerapkan prinsi-prinsip psikologi lintas budaya misalnya dalam hal psikoterapi dan konseling.
Ø  Hubungan psikologi lintas budaya dengan ilmu social : Kebijaksanaan diterima masyarakat berbasis pertanian tradisional memiliki budaya kolektifitas modern.
Beda Psikologi Lintas Budaya dengan Psikologi Indigenous : Psikologi Indigenous untuk mengenal tingkah laku asli dari masyarakat Indonesia maupun masyarakat luar yang menetap di Indonesia. Indigenisasi itu sendiri mempunyai arti yaitu, proses pencampuran dari psikologi luar dengan psikologi setempat. Berarti hubungan psikologi lintas budaya dengan psikologi indigenous adalah untuk lebih mengenal tingkah laku masyarakat asli di Indonesia.
Beda Psikolog Lintas Budaya dengan Psikologi Budaya : Psikologi Budaya ialah memahami keragaman budaya yang ada di dunia sekaligus dampak budaya tersebut terhadap kelangsungan masyarakat sosial dalam lingkup budaya tertentu. Sementara kalau dalam Psikologi Lintas Budaya, pembahasannya seputar pengaruh lingkungan budaya terhadap perilaku individu. Hubungan psikologi lintas budaya dengan psikologi budaya adalah untuk menambah ragam budaya yang ada di Indonesia.
Beda Psikolog Lintas Budaya dengan Psikologi Antropologi : Antpologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Hubungan psikologi lintas dengan antropologi adalah untuk mengetahui tentang adat istiadat yang ada di Indonesia.
Sumber






Selasa, 20 Maret 2012

Delusi

Ø  Apa  yang dimaksud dengan gangguan  Delusi ?
Gangguan delusi merupakan suatu kondisi dimana pikiran terdiri dari satu atau lebih delusi. Disebut juga ekspresi kepercayaan yang dimunculkan kedalam kehidupan nyata seperti merasa dirinya diracun oleh orang lain, dicintai, ditipu, merasa dirinya sakit atau disakiti. Gangguan delusi dapat terjadi pada siapa saja dengan beberapa kondisi tertentu, tanpa mestinya adanya gejala yang menunjukkan skizofrenia. Secara awam , orang yang bertemu dengan penderita gangguan delusi akan mempercayai apa yang diucapkan oleh penderita tersebut karena ekspresi wajah yang sangat meyakinkan. Orang yang disebut sebagai penderita gangguan Delusi bila kemunculan delusi tersebut bukan disebabkan oleh kondisi medis. Dalam ilmu kedokteran jiwa, dikatakan bahwa delusi (waham) sering dijumpai pada penderita gangguan mental yang merupakan salah satu dari gejala gangguan isi pikir. Waham atau delusi merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus luar yang cukup .
Ø  Ciri – ciri orang yang mengalami gangguan delusi adalah sebagai berikut :
Tidak realistik, Tidak logis, Menetap, Egosentris, Diyakini kebenarannya oleh penderita, Tidak dapat dikoreksi, Dihayati oleh penderita sebagai hal yang nyata, Penderita hidup dalam wahamnya itu, Keadaan atau hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian sosiokultural setempat.
Ø  Delusi (Waham) ada berbagai macam, yaitu :
1.    Waham kendali pikir (thought of being controlled). Penderita percaya bahwa pikirannya, perasaan atau tingkah lakunya dikendalikan oleh kekuatan dari luar.
2.  Waham kebesaran (delusion of grandiosty). Penderita mempunyai kepercayaan bahwa dirinya merupakan orang penting dan berpengaruh, mungkin mempunyai kelebihan kekuatan yang terpendam, atau benar-benar merupakan figur orang kuat sepanjang sejarah (misal : Jendral Sudirman, Napoleon, Hitler, dll). Pasien mempercayai bahwa ia mempunyai pengetahuan yang lebih, bakat, insight, kekuatan, kepercayaan orang, atau mempunyai hubungan khusus dengan orang terkenal bahkan Tuhan.
3.            Waham Tersangkut. Penderita percaya bahwa setiap kejadian di sekelilingnya mempunyai hubungan pribadi seperti perintah atau pesan khusus. Penderita percaya bahwa orang asing di sekitarnya memperhatikan dirinya, penyiar televisi dan radio mengirimkan pesan dengan bahasa sandi.
4.            Waham bizarre, merupakan waham yang aneh. Termasuk dalam waham bizarre, antara lain : Waham sisip pikir/thought of insertion (percaya bahwa seseorang telah menyisipkan pikirannya ke kepala penderita); waham siar pikir/thought of broadcasting (percaya bahwa pikiran penderita dapat diketahui orang lain, orang lain seakan-akan dapat membaca pikiran penderita); waham sedot pikir/thought of withdrawal (percaya bahwa seseorang telah mengambil keluar pikirannya); waham kendali pikir;waham hipokondri
5.    Waham Hipokondri. Penderita percaya bahwa di dalam dirinya ada benda yang harus dikeluarkan sebab dapat membahayakan dirinya.
6.    Waham Cemburu (Delusion of jealous). Cemburu disini adalah cemburu yang bersifat patologis. Pasien mempercayai bahwa pasangannya berselingkuh atau tidak dapat dipercaya.
7.      Waham Curiga. Curiga patologis sehingga curiganya sangat berlebihan
8.            Waham Diancam. Kepercayaan atau keyakinan bahwa dirinya selalu diikuti, diancam, diganggu atau ada sekelompok orang yang memenuhinya.
9.            Waham Kejar. Percaya bahwa dirinya selalu dikejar-kejar orang
10.   Waham Bersalah. Percaya bahwa dirinya adalah orang yang bersalah
11.   Waham Berdosa. Percaya bahwa dirinya berdosa sehingga selalu murung
12.   Waham Tak Berguna. Percaya bahwa dirinya tak berguna lagi sehingga sering berpikir lebih baik mati (bunuh diri)
13.   Waham Miskin. Percaya bahwa dirinya adalah orang yang miskin.
14.   Delusion of erotomanic; individu atau pasien mempercayai seseorang mempunyai kedudukan penting dan terlibat percintaan dengannya.
15. Delusion of persecutory; pasien mempercayai bahwa dirinya ditipu, dimata-matai, diikuti, difitnah dan tidak mempercayai orang lain.
16.  Delusion of somatic; pasien mempercayai bahwa tubuhnya merasakan sensasi sesuatu atau merasakan salah satu dari   bagian organ tubuhnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
17.  Delusion of control; waham dimana individu beranggapan bahwa dirinya dikendalikan dari luar,   atau orang lain.
18.   Delusion of influence, pasien merasa dirinya dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan dari luar dirinya.
19.  Delusion of passivity, dimana individu dalam ketidaberdayaan, merasa dirinya sebagai orang paling malang.
20.    Delusion of perception, pengalaman indrawi yang berkenan dengan mistik atau mukjizat.
21.  Tipe campuran; mempunyai delusi lebih dari satu tema atau tipe lainnya yang berkaitan dengan budaya  setempat.
   Simtom
1) Munculnya delusi atau pikiran aneh-aneh yang merupakan refleksi pemikiran dari situasi tertentu yang kemudian muncul kedalam kehidupan nyata dengan waktu durasi minimal selama 1 bulan atau lebih.
2) Simtom berbeda dari skizofrenia bila individu belum pernah mengidap gangguan tersebut, kecuali diikuti dengan delusi pembauan secara konsisten bersamaan dengan tema yang ada.
3) Tidak adanya gangguan perilaku (atau bentuk perilaku yang ganjil) dan gangguan fungsi sosial
4) Gejala mood menyertai gejala delusi yang muncul berlangsung singkat selama episode delusi berlangsung
        5) Ganguan delusi tidak disebabkan oleh penggunaan obat dan kondisi medis tertentu

Faktor penyebab
Banyak faktor kemunculan delusi, berkembangnya atau mood yang tidak stabil mempunyai pengaruh terhadap kepercayaan-kepercayaan delusi. Misalnya saja pada tipe persecutory dan cemburu akan memicu munculnya rasa marah dan perilaku kekerasan. Himpitan ekonomi, banyaknya stressor disekeliling individu dapat memicu munculnya delusi hingga individu tersebut menjadi penakut. Individu yang mencoba mengobati dirinya dengan sesuatu yang seharusnya tidak perlu merasakan adanya pengaruh terhadap tubunya merupakan salah satu gambaran tipe somatic

Treatment
Gangguan delusi jarang sekali dirasakan sebagai suatu problem bagi individu, sehingga mereka menolak dilakukan intervensi medis, kecuali gangguan tersebut bila dirasakan cukup mengganggu, kehilangan kontak sosial atau munculnya konflik interpersonal.

Assessment dan diagnosa harus dilakukan dengan hati-hati karena kemunculan delusi berhubungan erat dengan beberapa gangguan lainnya; skizofrenia, depresi, demensia, delirium, stress, gangguan keperibadian, penyalahgunaan obat-obatan, narkoba, sakit anggota tubuh, dsb.
Bagi beberapa pasien dengan gangguan delusi, metode supportif kadang cukup membantu, keberhasilan metode ini dengan memberikan dukungan kepada pasien untuk mengikuti treatment secara teratur berupa memberikan pengetahuan dan pendidikan mengenai hubungan sosial (social-skills training) dan mengurangi resiko dari dampak gangguan delusi seperti kehilangan rasa peka, isolasi diri, stress dan menghindari terjebaknya dalam perilaku kekerasan. Disamping itu pasien juga dibimbing dalam menghadapi dunia nyata, bagaimana menyesuaikan harapan dan pikirannya dengan realistic.
Terapi kognitif juga dapat membantu pasien, ini dilakukan terapis dengan membantu pasien mengidentifikasi pikiran-pikiran maladaptif dengan beberapa pertanyaan yang disesuaikan dengan pengalaman individu. Selanjutnya terapis memberikan alternative yang lebih adaptif dan dapat disesuaikan. Diskusi tentang pikiran-pikiran delusi pasien dilaporkan cukup memberikan kontribusi membaiknya pasien.
Untuk membantu pasien dengan gangguan delusi kadang dibutuhkan teman, anggota keluarga atau kelompok diskusi, dukungan dari mereka dapat membantu individu menumbuhkan kembali kepercayaan dan kemampuan dirinya seperti semula. Cara terbaik adalah memberikan dukungan pendekatan positif dengan pasien berupa kritikan dan nasehat secara terus menerus sehingga pasien akan mempunyai pengalaman dalam menghadapi stres sehingga tidak semakim memburuknya delusi tersebut.
Contoh kasus Delusi :
§  Seorang pemuda bernama B yang berumur 28 tahun dibawa keluarganya ke rumah sakit jiwa Semarang. Ia pernah sekolah sampai SMA dan berasal dari Cirebon. Ia pernah menikah tapi kemudian bercerai. Pekerjaannya membantu orangtuanya di apotik. Keluhan utama keluarga tentang pasien adalah karena B sering marah-marah, ngomong-ngomong sendiri ingin pindah rumah, dan mencoba membunuh dirinya. Ia mulai menujukkan penyakitnya tahun 1980. Sebelumnya ia punya pengalaman menderita kencing darah (diduga karena buang air kecil di tempat keramat). Pada usia 24 tahun ia pernah ke Jakarta dan dipaksa teman-temannya untuk minum, namun karena B tidak mau teman-temannya memukul kepala B. Ia pernah dirawat berberapa kali di RSJ, namun belum sembuh ia sudah minta pulang. Usaha ingin membunuh diri didorong oleh komik yang ia baca. Tokoh komik itu diceritakan membunuh dirinya lalu masuk ke dalam sumur. Suatu hari B mendapat halusinasi, melihat api neraka yang sangat panas, dan pemiliknya meminta B membakar dirinya sendiri agar terlepas dari masalah-masalah hidupnya. Lalu B ke dapur mengambil minyak tanah dan menyiramkannya ke badannya lalu menyulut dengan api. Setelah terbakar B berlari menuju sumur dan mencemplungkan diri ke dalam sumur. Ia menderita luka bakar yang cukup parah.
Analisa :
Dalam kasus diatas B mengalami delusi atau waham, waham yang dialaminya adalah   waham pengaruh (delusion of influence) diamana B meyakini bahwa ada kekuatan dari luar mengendalikan pikiran dan tindakannya, misalnya ketika B mengalami kencing darah dimana B menduga penyakit tersebut datang karena dia buang air kecil ditempat keramat. Yang kedua pada peristiwa dimana B ingin membunuh diri didorong oleh komik yang ia baca. Tokoh komik itu diceritakan membunuh dirinya lalu masuk ke dalam sumur. Suatu hari B mendapat halusinasi, melihat api neraka yang sangat panas, dan pemiliknya meminta B membakar dirinya sendiri agar terlepas dari masalah-masalah hidupnya. Lalu B ke dapur mengambil minyak tanah dan menyiramkannya ke badannya lalu menyulut dengan api. Setelah terbakar B berlari menuju sumur dan mencemplungkan diri ke dalam sumur, B mendapat bisikan-biskan yang sebenarnya tidak ada. Penderita merasa yakin bahwa sesuatu akan terjadi pada dirinya (delusi) dan kadang-kadang diikuti oleh pengalaman-pengalaman individu (merasa melihat atau mendengar sesuatu) yang tidak dialami oleh orang lain.
Penyebab delusi bisa dikaji melalui pendekatan psikodinamik dan pendekatan fisiologis
1.     Pendekatan psikodinamik
Awal dari gangguan delusional dapat ditelusuri dari masalah – maslah awal dalam hubungan antarpribadi. Hal yang sangat penting adalah hubungan orangtua dan anak yang menyebabkan perkembangan sifat  - sifat seperti menyendiri,curiga dan dendam. Dalam sejarah pasien yang menderita gangguan delusionalsering ditemukan bukti adanya perasaan inferioritas yang kuat setelah gagala dalam bidang – bidang penyesuaian diri yang penting.  Simptom – simptom dari gangguan delusional sering berupa pembentuk- pembentukan reaksi dalam mengadakan respons terhadap perasaan bersalah yang tidak dapat diterima individu. Contoh teori yang menjelaskan psikodinamika dari proses gangguan delusi adalah teori psikoanalitik dari Freud.
Teori psikoanalitik- Freud menjelaskan bahwa pola yang berikut terjadi pada gangguan delusioanl.A.    ‘’ aku mencintainya’’ tetapi ini ditolak karena merupakan ungkapan dari kecenderungan-kecenderungan homoseksual yang tidak disadari dan tidak dapat diterima
B.     Dengan proses pembentukan reaksi
A berubah menjadi ‘’ aku membencinya ‘’ tetapi ini juga ditolak karena isinya agresif.
            c. mekanisme proyeksi mengubah B menjadi ‘’ ia membencikudan mengejar ngejar aku’’. Meskipun benar pola ini muncul dalam banyak kasus gangguan delusional, tetapi tidak cukup bukti mengemukakan sebagai penyebab umum gangguan delusional. 
2. Pendekatan Fisiologis
Delusi itu terjadi karena penggunaan bermacam – macam obat ( terutama amfetamin )atau karena individu menderita gangguan psikotik ( skizofrenia ). Dalam gangguan delusional tidak ditemukan  dalam patologi fisik atau biokimiawi yang menyebabkan delusi. Walaupun demikian ,banyak penelitian yang mengemukakan bahwa tumor – tumor endokrin yang diamati pada pemeriksaan mayat yang terjadi pada penderita gangguan delusional, dengan frekuensi 10 kali pada orang orang normal dan 4 kali pada pasien psikotik yang bukan menderita gangguan delusional.


Sumber :
http://perawatjiwaunpad.blogspot.com/2008/03/wahamdelusi-semaraknya-aliran-sesat.html
 http://www.psikomedia.com/article/view/Psikologi-Klinis/2235/GANGGUAN-DELUSI/
 books.google.co.id kesehatan mental 1-Drs Yustinus semiun, OFM