Apa sih yang dimaksud
dengan Akulturasi ?
Akulturasi
( acculturation atau culture contact ) adalah proses
sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian
rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah
ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
itu sendiri.Secara singkat, akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan atau
lebih sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan
asli.
Contohnya,
perpaduan kebudayaan antara Hindu-Budha dengan kebudayaan Indonesia, dimana
perpaduan antara dua kebudayaan itu tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari
kedua kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, kebudayaan Hindu-Budha yang masuk
ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Hal ini disebabkan:
·
Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar
kebudayaan yang cukup tinggi, sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia
menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
·
Kecakapan istimewa. Bangsa Indonesia
memiliki apa yang disebut dengan istilah local genius, yaitu kecakapan suatu
bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur
tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Contoh akulturasi budaya adalah meliputi :
·
Seni Bangunan
Dasar bangunan candi itu merupakan hasil pembangunan bangsa
Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu bangunan punden berundak-undak. Punden
berundak-undak ini mendapat pengaruh Hindu-Budha, sehingga menjadi wujud sebuah
candi, seperti Candi Borobudur.
·
Seni rupa/Seni lukis
Unsur seni rupa dan seni lukis India telah masuk ke
Indonesia.hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budha berlanggam Gandara
di kota Bangun, Kutai. Juga patung Budha berlanggam Amarawati ditemukan di
Sikendeng (Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudur tampak adanya seni rupa
India, dengan ditemukannya relief-relief ceritera Sang Budha Gautama. Relief
pada Candi Borobudur pada umumnya lebih menunjukan suasana alam Indonesia,
terlihat dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping
itu, juga terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan
lukisan asli Indonesia, karena tidak pernah ditemukan pada candi-candi
yang terdapat di India. Juga relief pada Candi Prambanan yang memuat cerita
Ramayana.
·
Seni sastra
Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Budha di
Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat,
dan Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam bahasa Sansekerta dan huruf
Pallawa.
·
Kalender
Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di Indonesia merupakan wujud
dari akulturasi, yaitu terlihat dengan adanya penggunaan tahun Saka di
Indonesia. Di samping itu, juga ditemukan Candra Sangkala atau konogram dalam
usaha memperingati peristiwa dengan tahun atau kalender Saka. Candra Sangkala
adala angka huruf berupa susunan kalimat atau gambar kata. Contoh tahun Candra
Sangkala adalah “Sirna Ilang Kertaning Bumi” sama dengan 1400 (tahun saka) dan
sama dengan 1478 Masehi.
·
Kepercayaan dan Filsafat
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Budha tidak meninggalkan kepercayaan
asli bangsa Indonesia, terutama terlihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek
moyang dan pemujaan terhadap dewa-dewa alam.
·
Pemerintahan
Setelah masuknya pengaruh Hindu-Budha, tata pemerintahan disesuaikan dengan
sistem kepala pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala
pemerintahan bukan lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja, yang
memerintah wilayah kerajaannya secara turun temurun.
·
Desakan Budaya
Desakan
suatu budaya pada budaya lain disebut dominasi. Contohnya masyarakat Betawi, Aborigin dan Irian.
Selain itu masih ada lagi ,seperti berikut :
1.Kereta Singo Barong (Cirebon)
Kereta
Singa Barong, yang dibuat pada tahun 1549, merupakan refleksidari persahabatan
Cirebon dengan bangsa-bangsa lain. Wajah kereta inimerupakan perwujudan tiga
binatang yang digabung menjadi satu, gajahdengan belalainya, bermahkotakan naga
dan bertubuh hewan burak. Belalai gajah merupakan persahabatan dengan India
yang beragama Hindu,kepala naga melambangkan persahabatan dengan Cina yang
beragama Buddha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya, melambangkanpersahabatan
dengan Mesir yang beragama Islam.Kereta ini dibuat oleh seorang arsitek kereta
Panembahan Losari danpemahatnya Ki Notoguna dariKaliwulu. Pahatan pada kereta
itumemang detail dan rumit. Mencirikanbudaya khas tiga negara sahabat itu,pahatan
wadasan dan megamendung mencirikan khas Cirebon, warna-warna ukiran yang
merah-hijaumencitrakan khas Cina. Dalam keretaitu, tiga budaya (Buddha, Hindu,
danIslam) digambarkan menjadi satudalam trisula di belalai gajah.
2. Keraton Kasepuhan Cirebon
Bangunan
arsitektur dan interior Keraton Kasepuhan menggambarkan berbagai macam
pengaruh, mulai dari gaya Eropa, Cina, Arab, maupun budaya lokal yang sudah ada
sebelumnya, yaitu Hindu dan Jawa. Semua elemen atau unsur budaya di atas
melebur pada bangunan Keraton Kasepuhan tersebut.Pengaruh Eropa tampak pada
tiang-tiang bergaya Yunani. Arsitektur gaya Eropa lainnya berupa lengkungan
ambang pintu berbentuk setengah lingkaran yang terdapat pada bangunan Lawang
Sanga (pintu sembilan).Pengaruh gaya Eropa lainnya adalah pilaster pada
dinding-dindingbangunan, yang membuat dindingnya lebih menarik tidak datar.
Gaya bangunan Eropa juga terlihat jelas pada bentuk pintu dan jendela pada bangunan
bangsal Pringgondani, berukuran lebar dan tinggi serta penggunaan jalusi sebagai
ventilasi udara.Bangsal Prabayasa berfungsi sebagai tempat menerima tamu-tamu
agung. Bangunan tersebut ditopang oleh tiang saka darikayu. Tiang saka tersebut
diberi hiasan motif tumpal yang berasal dari Jawa. Pengaruh arsitektur
Hindu-Jawa yang jelas menonjol adalah bangunan Siti Hinggil yang terletak
di bagian paling depan kompleks keraton. Seluruh bangunannya terbuat dari
konstruksi batu bata seperti lazimnya bangunan candi Hindu. Kesan bangunan gaya
Hindu terlihat kuat terutama padapintu masuk menuju kompleks tersebut, yaitu
berupa gapura berukuran sama atau simetris antara bagian sisi kiri dan
kanan seolah dibelah.Pada dinding kiri dan kanan bangsal Agung diberi hiasan
tempelanporselen dari Belandaberukuran kecil 110 x 10cm berwarna biru ( blauwedelft )
dan berwarna merah kecoklatan. Pada bagian tengahnya diberi tempelan piring
porselen Cina berwarna biru. Lukisan pada piring tersebut melukiskan seni lukis
Cina dengan teknik perspektif yang bertingkat.Secara keseluruhan, warna keraton
tersebut didominasi warna hijau yang identik dengan simbol Islami. Warna
emas yang digunakan pada beberapa ornamen melambangkan kemewahan dan keagungan
dan warna merah melambangkan kehidupan ataupun surgawi. Bangunan Keraton Kasepuhan
menyiratkan perpaduan antara aspek fungsional dan simbolismaupun budaya lokal
dan luar. Mencerminkan kemajemukan gaya maupun kekayaan budaya bangsa
Indonesia.
3.Barongsai Kesenian Barongsai, yang awalnya berasal dari
Kebudayaan Tionghoa,kini telah berakulturasi dengan kesenian lokal
Lalu apa yang dimaksud dengan Relasi
Internakultural ?
Definisi
yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader”
dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi
apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota
dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar
& Porter, 1994, p. 19). Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses
komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi
antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan
yang berbeda (2003, p. 13). Kemudian Sumandiyo Hadi (2006: 35) juga memaparkan
bahwa akulturasi dan inkulturasi merupakan dua hal yang berkaitan satu sama
lain. Akulturasi sebagai perubahan budaya ditandai dengan adanya hubungan
antara dua kebudayaan, keduanya saling memberi dan menerima atau shoter.
Sumandiyo Hadi juga mengatakan bahwa akulturasi adalah the encounter between
two cultures (pertemuan antara dua kebudayaan).
Interkultural
adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki
kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau
gabungan dari semua perbedaan ini. Stewart L. Tubbs, mengatakan bahwa
interkultural adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya
(baik dalam arti ras , etnik , atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).
Hamid
Mowlana juga menyebutkan bahwa interkultural sebagai Human flow across national
boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana
bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.
Sedangkan
menurut Fred E. Jandt mengartikan interkultural sebagai interaksi tatap muka di
antara orang-orang yang berbeda budayanya.
Guo-Ming
Chen dan William J. Sartosa juga menambahkan bahwa interkultural adalah proses
negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan
membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya
komunikasi antarbudaya itu dilakukan: Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia
di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema
melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai
makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu
dinegosiasikan atau diperjuangkan.
Melalui
pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang
terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam
proses pemberian makna yang sama.
Sebagai
pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena
mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita.
Menunjukkan
fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain
dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.
Fungsi-Fungsi
Komunikasi Antarbudaya
1. Fungsi Pribadi
Menyatakan Identitas Sosial
Menyatakan
Integrasi Sosial
Menambah
Pengetahuan
Melepaskan
Diri atau Jalan Keluar
2. Fungsi Sosial
Pengawasan
Menjembatani
Sosialisasi Nilai
Menghibur
Prinsip-Prinsip
Komunikasi Antarbudaya
1. Relativitas Bahasa
2. Bahasa Sebagai
Cermin Budaya
3. Mengurangi
Ketidak-pastian
4. Kesadaran Diri
dan Perbedaan Antarbudaya
5. Interaksi Awal
dan Perbedaan Antarbudaya
6. Memaksimalkan
Hasil Interaksi
Tiga
konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang
penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi
dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena
komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian,
misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak
kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda.
Kedua,
bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan
meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai
menarik diri dan mengurangi komunikasi.
Ketiga,
kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil
positif. Dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya,
pilihan topik, posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda
tunjukkan, dan sebagainya. Anda kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan
hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurut anda akan memberikan
hasil negatif.
SUMBER :