Terapi-terapi psikodinamik cenderung memusatkan perhatian pada
proses-proses tak sadar, seperti konflik-konflik internal yang terletak di luar
kesadaran. Sebaliknya pada terapi humanistik-eksistensial memusatkan perhatian pada
pengalaman-pengalaman sadar. Terapi humanistik-eksistensial juga lebih
memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa sekarang “ di sini
dan kini” dan bukan pada masa lampau. Tetapi ada juga kesamaan antara terapi
humanistik-eksistensial dengan terapi psikodinamik yaitu keduanya menekankan
bahwa peristiwa dan pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi tingkah laku dan
perasaan individu dan juga berusaha memperluas pemahaman diri dan kesadaran
diri pasien.
Istilah psikologi
humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli
psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan
Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh
atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah
psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai
“kekuatan ketiga” (a third force).
Meskipun tokoh-tokoh
psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka
berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar
pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme.
Eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world),
dan menyadari penuh akan keberadaannya. Eksistensialisme menolak paham yang
menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan.
Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki
kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari
keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya, dalam
hal ini “pilihan” menjadi evaluasi tertinggi dari tindakan yang akan diambil
oleh seseorang.
Pendekatan humanistik – eksistensial berfokus
pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan
pemahaman atas manusia. Pendekatan humanistik eksistensial berusaha
mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran tentang
manusia pada tarafnya yang tertinggi. Pendekatan ini Berfokus pada sifat dari
kondisi manusia yang mencangkup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih
untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai
suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna,
berada sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan
kematian, dan kecenderungan mengaktualkan diri.
Konsep
Utama Pendekatan Humanistik Eksistensial
1. Kesadaran diri
Manusia memiliki
kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan
nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Kesadaran diri
membedakan manusia dengan mahluk-mahluk lain. Pada hakikatnya semakin tinggi
kesadaran seseorang, semakin ia hidup sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran
berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh
sebagai manusia.Peningkatan kesadaran diri yang mencakup kesadaran atas
alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, faktor-faktor yang membentuk pribadi,
dan atas tujuan-tujuan pribadi, adalah tujuan segenap konseling. Kesadaran diri
banyak terdapat pada akar kesanggupan manusia, maka putusan untuk meningkatkan
kesadaran diri adalah fundamental bagi pertumbuhan manusia.
2. Kebebasan tanggung
jawab, kecemasan
Kesadaran atas
kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut
dasar bagi manusia. Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia yang
mana merupakan sesuatu yang patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga
motivasional yang kuat untuk pertumbuhan kepribadian.
3. Penciptaan makna
Manusia itu unik,
dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan
nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Manusia pada dasarnya
selalu dalam pencarian makna dan identitas diri. Manusia memiliki kebutuhan
untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab
manusia adalah mahluk yang rasional.
Teknik Terapi
Dalam terapi humanistik-eksistensial tidak memiliki teknik teknik yang
ditentukan secara jelas. Terapi ini dapat mengambil prosedur prosedur dari
beberapa teori lainnya seperti teori gestalt dan analisis transaksional. Tugas
terapis adalah menyadarkan klien bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya
dapat bermakna apabila ia sendiri dapat memaknainya.
Selanjutnya kelebihan dari
terapi Humanistik-Eksistensial antara lain sebagai berikut :
1. Teknik
ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan
kepercayaan diri
2. Adanya
kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri
3. Memanusiakan
manusia.
And
then ada juga nih kekurangan dari terapi ini ,yaitu sebagai berikut :
1. Dalam
metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
2. Dalam
pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas
3. Terlalu
percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan ditentukan
oleh klien sendiri);
4. Memakan
waktu lama.
Sumber
1.
Semius, yustinus.2006. kesehatan mental 3.
Yogyakarta: Kanisius
http://books.google.co.id/books?id=buwj_j_4mukC&pg=PA354&dq=terapi+humanistik+eksistensial&hl=id&sa=X&ei=FCtFUfG-BIfKrAfz_YD4DA&redir_esc=y#v=onepage&q=terapi%20humanistik%20eksistensial&f=false
diakses pada tangaal 17 maret 2013
2.
Corey, G. (1995). Teori dan Praktek Konseling
dan Psikoterapi. Semarang : PT IKIP Semarang Press